Mohon tunggu...
Syekh Muchammad Arif
Syekh Muchammad Arif Mohon Tunggu... Konsultan - Menawarkan Wacana dan Gagasan Segar sertaUniversal

syekh muhammad arif adalah motivator dan bergerak di bidang konsultasi pendidikan dan pemerhati sosial dan keagamaan universal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Social Distancing, Isolasi dan Karantina Ala Sufi

22 Maret 2020   18:40 Diperbarui: 22 Maret 2020   21:57 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Sebab, berada di sangkar bersama Kekasih itu jauh lebih menyenangkan daripada tinggal di kebon dan taman sekalipun

 

Aku merasa tenang (berada di karantina) karena aku belajar dari Nabi Yusuf yang tetap rida (terhadap Gusti Allah) meskipun harus masuk dalam sumur (yang gelap dan sempit).

 

Penafsiran bait-bait yang sangat kental bernafaskan sufistik tersebut seperti ini: secara zahir saya berada di karantina dunia, namun pada hakikatnya saya adalah insan yang bebas dari jerat dunia. Saya tidak datang untuk membangun rumah/ gedung dan berdagang. Saya punya maslahat dan tujuan di balik karantina dunia ini. Saya (nabi dan wali) datang untuk membangunkan orang-orang yang “tertidur” dan lalai, yaitu mereka yang hanya berurusan dengan dunia.

 

Saya bak burung yang dengan sadar dan tanpa paksaan hadir dan tinggal di sangkar dunia ini. Saya bukan tidak melihat perangkap sehingga saya terperangkap atau tertarik pada biji-bijian (makanan). Mengapa? Saya melihat bahwa ada orang-orang yang berada di sumur dunia ini. Mereka mendatangkan Yusuf dan memasukkannya dalam penjara (karantina). Saya dengan sadar masuk dalam sumur (karantina) ini supaya mereka (orang-orang seperti Nabi Yusuf) tidak merasa sendirian.

 

 

Dunia yang kita tinggal adalah sumur (karantina). Tapi banyak orang yang tertipu dan sedikit yang paham bahwa hakikatnya bukan ini.Mayoritas orang sibuk berkelahi dan berjibaku dengan dunia: ke pasar, ke kantor, ke sekolah, ke sawah dan sebagainya.Mereka tenang dan senang dengan kesibukan duniawi tersebut.Senang dan sedihnya mereka hanya terbatas pada urusan duniawi.Hanya sedikit orang yang paham dan membaca bahwa hakikat dunia bukan ini; ada sesuatu yang lain.Mereka tak ubahnya bagaikan Yusuf yang berada dalam karantina (sumur).Mereka berhasil membebaskan dari sumur yang sempit dan gelap,sehingga mereka sampai pada alam nur (cahaya dan pencerahan).Banyak kaum sufi yang ketika sampai pada maqam nur (level cahaya), mereka tidak ingin kembali lagi ke dunia.Waliyullah Dehlawi, sufi India mengatakan: Andaikan aku yang pergi mi’raj,niscaya aku tidak akan pernah kembali.Ya, adakah kenikmatan yang melebihi khalwat dan berduaan (asyik masyuk) dengan Sang Kekasih? Tapi Nabi saw--saat mi'raj--berkorban dan memilih untuk kembali dan membimbing umatnya.

(Syekh Muhammad, Founder Chanel Manazila TV di Youtube)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun