Sebenarnya apa hubungan yang seperti apa sih, yang bisa disebut dengan toxic relationship? Berdasarkan hasil wawancara virtual tim kami dengan Psikolog Roslina Verauli via Zoom pada hari Senin, 8 Juni 2020, toxic relationship adalah ketika di suatu hubungan antara satu sama lain atau salah satunya sudah tidak ada rasa menghargai pasangannya, dan menimbulkan rasa ketidakbahagiaan.
Menurut Verauli, titik awal terjadinya toxic relationship itu dapat dilihat dengan memperhatikan dampak relasi hubungan tersebut kepada diri sendiri. Jika kamu merasa dampak relasi hubungan yang dijalani tersebut tidak menyenangkan, seperti contohnya, kamu merasa sebal saat bertemu dengan pasangan, maka kamu wajib untuk berhati-hati. Karena hal tersebut merupakan warning sign bahwa kamu sudah memasuki toxic relationship.
Selain hal tersebut, kompetisi pun bisa menjadi salah satu ciri bahwa kamu berada di dalam toxic relationship. Jika kamu berkompetisi di bidang popularitas, akademis, maupun prestasi non akademis, pastikan kompetisi tersebut sehat dan sportif. Menurut Verauli, jika kamu atau pasanganmu sudah mulai saling menjatuhkan, itu adalah tanda hubungan tidak sehat. "Seperti menyebar rumor yang tidak baik, menjelek-jelekkan satu sama lain di depan umum, dan hal tersebut membawa efek negatif pada diri kedua belah pihak, maka hal itu sudah menjadi tanda bahwa kompetisi tersebut tidak sehat dan toxic," tambah Verauli.
Lantas, orang seperti apa sih yang dapat terjerat di dalam toxic relationship? Bisa jadi kamu atau pasanganmu memiliki masalah psikologis yang belum terdeteksi. Menurut Verauli, salah satu cirinya adalah jika seseorang susah untuk berkomitmen di suatu bidang studi atau berganti-ganti memilih ekstra kurikuler, dan sering tidak menyelesaikan hal yang sudah ia mulai. Hati-hati, jika merasa memiliki ciri-ciri tersebut kamu bisa konsultasikan diri  ke psikolog.
Akan tetapi, bukan hanya itu saja faktor terbentuknya toxic relationship. Adanya ketidakcocokan (sifat, karakter, dll) kamu dan pasangan juga bisa jadi alasannya. "Orang yang memiliki masa lalu yang pahit dan memiliki masalah psikologis yang sudah terdeteksi maupun belum terdeteksi, memang menjadi salah satu faktor terjadinya toxic relationship. Namun, bukan berarti orang yang tidak memiliki kedua faktor tersebut terjamin memiliki hubungan yang sehat. Karena adanya ketidakcocokan juga dapat menjadi faktor terbentuknya toxic relationship," ujar Verauli.
Jika ternyata kamu dan pasangan merasakan ciri-ciri toxic relationship, jangan langsung mengira bahwa kamu dan pasangan memiliki masalah psikologis. "Bisa jadi kamu dan pasangan tidak memiliki masalah psikologis. Tapi ada kemungkinan bahwa kalian memiliki ketidakcocokan yang membuat kalian membunuh karakter satu sama lain," tambah Verauli. Jika dipaksakan terus berhubungan, bisa terjadi berbagai kekerasan.
Hati-hati, Kekerasan Verbal dalam Hubungan
Adanya kekerasan fisik merupakan salah satu tanda bahaya yang pasti, bahwa hubungan kamu berada di tahap yang tidak sehat. Sayangnya, banyak remaja yang tidak tahu bahwa ada tanda bahaya lain yang harus diperhatikan, yaitu kekerasan verbal. Berdasarkan hasil survei kami 41% remaja pernah mengalami kekerasan verbal dalam berpacaran, dan 20% diantaranya mengakibatkan kepercayaan diri yang menurun.
"Kalau lagi berantem kita memang pasti menjurus ke kata-kata yang buat sakit hati, bukan hanya dia aku pun juga karena terbawa emosi. Tapi kadang ada beberapa kata-kata yang membekas dan buat hati jadi nggak enak," tutur Dede, yang pernah mengalami toxic relationship.