Mohon tunggu...
Syech Reihan
Syech Reihan Mohon Tunggu... -

seorang sarjana yang mencoba peruntungan dengan menggadaikan ilmunya dengan harapan masuk surga, karena ia lelah melihat perilaku pemimpin negara yg gak bisa dipercaya, selalu bertikai diantara mereka. bukan mencari kebenaran tapi hanya sekedar membuat sensasi untuk meraih simpati dari penduduk negeri ini.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menjelang Asyura

1 Desember 2010   06:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:08 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Skenario pertama adalah menanggap Ali sebagai penanggjawab pembunuhan terhadap Utsman bin Affan, atau bahkan sebagai dalang di balik peristiwa itu. Dengan dalih dan slogan membela Utsman, Muawiyah melancarkan pemberontakan dan menjadikan Damasukus sebagai basis perlawanan dengan kekuatan harta hasil korupsi pada masa pemerintahan saudara misannya. Namun, skenario ini tidak berjalan dengan lancar, karena ternyata Ali didaulat secara aklamasi sebagai khalifah keempat.

Ternyata skenario Saqifah masih berlanjut karena tujuan, yaitu membumihanguskan Ali dan keturunannya, belum tercapai. Iapun harus berhadapan dengan istri Nabi, Aisyah, yang terprovokasi oleh aktor-aktor ambisius yang enggan berhadapan secara langsung dengan Ali. Dirancanglah perang buatan bernama ‘perang onta. Ali yang jawara dalam medan tempur harus ‘meladeni’ pasukan yang dikomandoi oleh Thalhah, Zubair dan Aisyah. Skenario inipun tidak membuahkan hasil yang terlalu menggembirakan. Suatu saat Amr bin Ash berpapasan dengan Aisyah. Amr berseloroh dengan nada kesal: “Oh, alangkah indahnya bila kau terbunuh saat bertempur melawan Ali di perang Jamal..” Aisyah memprotes: “Bukankah kita mitra saat itu? Mengapa kau mengharapkan kematianku?” Amr membongkar: “Sejak semula kami telah merancang rencana ini dengan matang agar kau terbunuh dalam perang Jamal. Dengan demikian, kami tidak lagi terganggu oleh keberadaan Ali karena ia akan dicap sebagai pembunuh istri Nabi. Namun, Ali tidak terpengaruh. “

Akhirnya, cara kekerasan yang lebih keji ditempuh, diciptakanlah gangguan-gangguan baru, seperti kelompok khawarij, disusupkanlah ke dalam barisan Ali para pendukung palsu, dan dibentuklah sebuah persusahaan hadis palsu yang didanai secara besar-besaran dengan satu tujuan merusak citra mulia Ali, bahkan keluarganya, termasuk mengkafirkan ayahnya, Abu Thalib, yang sangat berjasa dalam dakwah Nabi, sekaligus memasukkan Abu Sufyan dalam daftar para pembela Islam. Skenario ini berjalan lancar meski tidak terlalu efektif, karena sebagian kecil sahabat Nabi yang tulus melancarkan kampanye tandingan membersihkan nama baik Ali di seluruh jazirah, seperti Abu Zar, Miqdad, Salman dan lainnya.

Skenario terakhir adalah mengajak Ali berdamai dengan juru runding tunjukan kubu Muawiyah, yaitu Abu Musa Al-Asy’ari. Ali yang telah kehilangan banyak pendukung akibat serentetan perang dan pemberontakan dan pengkhianatan yang terrencana, tidak dihadapkan pada satu pilihan.

Ternyata pakta damai adalah skenario paling ampuh. Ali secara sepihak diturunkan dari khilafah yang sejak semula bersifat semu dan ‘mainan’. Meski telah berkuasa dan menari-nari diatas kehoramatan Islam, keberadaan Ali dan keluarganya masih dianggap sebagai ancaman bagi Muawiyah dan para aktor Saqifah. Gerbang kota ilmu itu pun dirobohkan di Kufah pada malam lailatul-Qadr di masjid Kufah, lalu akibat racun yang memasuki tubuhnya, dua hari setelah itu, Maula Al-Muttaqin Ali bin Abi Thalib menghempus nafas mulia setelah mengucapkan ‘Demi Tuhan Pemelihara Ka’bah, aku sungguh beruntung..”.

Ringkasnya, sejak rapat penelikungan di Saqifah, pedagang hadis bermunculan bak cendawan di musim hujan. Para bromocorah yang dianggap thulaqa’ mulai mengambil-alih pusat-pusat informasi,. Kemesuman dan maksiat kembali membisingkan malam-malam Mekkah dan Madinah. Para mantan budak dari Afrika kini diperlakukan lagi sebagai setengah manusia, para imigran dari Persia, Afrika dan para tunawisma mengalami keyatiman massal. Bilal menyepi, Ammar mengungsi ke rumah-rumah Bani Hasyim, Salman diintimidasi, Malik bin Nuawirah dimurtadkan, dan Abu Zar dikirim ke altar kematian dicekik dahaga. Mereka menyempurnakan lakon Saqifah  dengan serangkaian kebiadaban. Al-Husain yang kian matang dalam episode-episode kehidupan kakek, ibunda dan ayahnya, menyaksikan itu semua dengan mata kepala. Semuanya telah direkamnya dan dianalisis untuk membuahkan sebuah kebijakasanaan dan keputusan yang tepat dan revolusioner di kemudian hari.

Muawiyah telah bercokol dengan congkak di atas mimbar Rasululah. Khilafah  yang merupakan simbol kelanggengan wilayah Allah telah dijadikan sebagai podium pembodohan dan penelikungan atas nama Jama’ah yang didukung oleh sahabat-sahabat pemenang tender produksi massal hadis palsu, Ahlul-bait Nabi bukan hanya tidak dihormati, namun dianggap sebagai musuh dan tidak berhak hidup di atas bumi. Al-Hasan bin Ali yang lembut dan pemaaf bagi Isa itu menggelepar-gelepar dan memuntahkan darah setelah racun bingkisan Muawiyah memasuki setiap pembuluh darah di sekujur tubuhnya. Inna lillah wa inna ilahi rajiun.

Semenjak Al-Hasan bin Ali wafat, sepak terjang Muawiyah membuat masyarakat resah. Baitul Mal dan kekayaan negara dijadikan sebagai milik pribadi dan keluarga. Muawiyah memperlakukan masyarakat secara berbeda berdasarkan daerah asal dan garis keturunan dengan ancaman kematian atau rayuan harta.Rumah-rumah Bani Hasyim tidak lagi menjadi pusat kunjungan. Para sahabat Anshar, penduduk asli Madinah, telah diperlakukan sebagai warga kelas dua oleh sebagian Muhajirin yang dulu datang sebagai imigran. Selama beberapa tahun sejak muktabar luar biasa Saqifah, lalu penunjukan personal khalifah pertama, dan arisan kekuasaan ala lotre di bawah kepanitiaan Ibn Auf hingga penobatan Kaisar Arab, Muawiyah. Kepongahan akibat perluasan daerah atau aneksasi dan penjajahan atas nama ‘penyebaran Islam’ telah membuat sebagian besar mantan prajurit Uhud menjadi serdadu-serdadu yang bengis, berdarah dingin dan memperlakukan para tawanan sebagai barang dagangan. Ajaran Muhammad berubah menjadi kisah-kisah horor dan dan para pendakwah itu adalah pemilik rumah lelang budak-budak bermata peirus dari Nesyapur dan Sevilla.

Muawiyah yang sejak semula telah menjadikan Al-Hasan bin Ali sebagai musuh utama telah berhasil melaksanakan rencananya. Al-Hasan bin Ali wafat akibat racun yang dimasukkan ke dalam minumannya oleh cecunguk-cecunguk Muawiyah.

Saat sakitnya bertambah parah Muawiyah mengirimkan surat wasiat kepada Yazid yang sedang menjadi gubernur di wilayah Humas, di Syam.

Dalam surat itu, Muawiyah berpesan agar mewaspadai empat tokoh, terutama Al-Husain bin Ali. Muawiyah menyuruh Yazid agar bersikap baik dan hormat kepada Al-Husain apabila bersedia menyatakan baiat atas kekhalifahannya. Jika tidak bersedia, atau kepemimpinannya ditentang, maka Muawiyah menganggap Al-Husain layak untuk dilenyapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun