Manajemen Rantai Pasokan Halal dan Bisnis Berkelanjutan
Studi terbaru dari Kurniawati dan Cakravastia tahun 2023 menyimpulkan bahwa integritas halal untuk menjamin kehalalan suatu produk merupakan salah satu isu penting yang dapat menggambarkan hubungannya dengan bisnis berkelanjutan (sustainability business). Umumnya, pendekatan Triple Bottom Line digunakan untuk mengukur keberlanjutan bisnis. Dalam pendekatan Triple Bottom Line, keberlanjutan bisnis diukur dari tiga skala kinerja, yaitu kinerja secara ekonomi (economically), kinerja secara lingkungan (environmentally), dan kinerja secara sosial (socially).
Collaborative Partner for Sustainability Strategy, Reporting and Assurance dari National Center for Sustainability Reporting (NCSR) Indonesia, Stella Septania, dalam sebuah webinar bertajuk Action, Advocacy, and Trust: Strategies for Communicating Sustainability mengungkapkan bahwa adopsi dan implementasi keberlanjutan oleh perusahaan masih dianggap sebagai sesuatu yang nice-to-have pada 15 tahun silam. Namun sekarang ini, sustainability sudah menjadi sesuatu yang have-to-be-done.
Dalam studi yang dilakukan Syayyidah M. Jannah dan Dwi Marlina Wijayanti tahun 2022, implementasi manajemen rantai pasokan halal terbukti secara empiris mampu memberikan dampak positif terhadap bisnis berkelanjutan, baik itu secara ekonomi, lingkungan, hingga sosial. Lebih jelasnya dipaparkan juga bahwa implementasi manajemen rantai pasokan halal melibatkan enam elemen penting, yaitu safety, physical segregation, storage and transport, packaging and labelling, ethical practices, serta innovative capability.
Elemen safety memberikan jaminan kesehatan bagi konsumen. Elemen physical segregation menjadi kebutuhan untuk mencegah kontak langsung antara bahan yang halal dengan bahan yang dapat membahayakan. Dalam proses produksi, harus ada pemisahan antara sumber-sumber yang dapat memberikan kontaminasi bagi bahan yang halal.
Elemen storage and transport menekankan pada pentingnya penyimpanan dan media transportasi yang digunakan selama proses produksi dan distribusi. Selanjutnya elemen packaging and labelling juga perlu diperhatikan, mulai dari bahannya hingga proses pengemasan produk yang dapat membuat produk tetap aman untuk dikonsumsi. Elemen ethical practices menjadi basis tanggung jawab pelaku bisnis terhadap konsumen. Sedangkan elemen innovative capability menekankan pada kemampuan SDM untuk bisa memahami konsep halal dalam mengembangkan produk halal yang dihasilkan agar tetap dapat bersaing dengan yang lain.
Disampaikan oleh Dosen Universitas Medan Area, Dr. Ahmad Rafiki, menajamen rantai pasokan halal membuat pelaku bisnis lebih kompetitif dan mendorong bisnisnya berkelanjutan melalui integrasi intra-industri. Indonesia masih harus banyak mengejar ketertinggalan untuk bisa fokus dalam memaksimalkan manajemen rantai pasokan halal. Sebagai contoh negara tetangga Malaysia yang sudah menetapkan Malaysian Standard Halal Food (MS 1500: 2004 and MS 2400:2010), serta melakukan lebih banyak riset dan kajian dibidang manajemen rantai pasokan halal. Deputi Bidang Perekonomian KNEKS, Dr. Ir. Leonard VH Tampubolon, MA menggarisbawahi bawa penguatan manajemen rantai pasokan halal mampu memercepat pertumbuhan ekonomi Islam dengan sektor riil sebagai motor penggeraknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI