Pembunuhan terhadap Presiden Libya Muammar Khadafi itu pun dimulai. Saat itu, Khadafi sedang melarikan diri dari Tripoli ke Sirte, akibat serangan jet tempur NATO di ibukota Libya yang makin menjadi sejak penerapan NO -- FLY -- ZONE.
Perjalanannya terhenti di tengah jalan ketika jet Prancis & drone AS menghancurkan konvoi mobilnya. Terluka, presiden Khadafi terseok -- seok dengan bersembunyi di saluran got, sebelum di tangkap oleh 'pemberontak' buatan AS & Prancis. "Jangan tembak, jangan tembak" kata Khadafi kepada sejumlah tentara NTC yang menyeretnya dari got, lalu Khadafi pun diarak di tengah jalan.
Dengan kepala bersimbah darah dengan busana compang -- camping seluruhnya, Khadafi menjadi bulan -- bulanan sejumlah tentara yang belum puas dengan kemenangannya. Ada yang menodongkan pistol, ada yang menjambak rambutnya, beberapa kali Khadafi terjatuh sambal mengusap wajahnya yang penuh dengan darah.Â
Ketika Khadafi di tangkap & dikelilingi pemberontak, ia bagaikan domba yang siap dimangsa sekawanan anjing hutan, dihajar habis -- habisan, dan akhirnya dibunuh oleh orang -- orang yang notabene adalah rakyatnya sendiri.
Orang -- orang yang telah diantarnya sebagai pemilik GDP tertinggi per kapita di dunia dengan memiliki angka harapan hidup terpanjang & angka kemiskinan yang bahkan lebih rendah dibanding Kerajaan Belanda.
Ia disodomi dengan gagang pisau oleh rakyatnya sendiri yang telah diprovokasi oleh pemberontak propaganda AS dan sekutunya. Rakyat Libya rela menyiksa bahkan sampai membunuh orang yang telah mengantarkannya untuk menikmati pendidikan gratis, layanan kesehatan gratis, harga BBM lebih murah dari harga air, listrik gratis, pinjaman tanpa bunga, rakyat Libya tak perlu membayar sedinar pun untuk apertemen dan tidak ada yang namanya biaya sewa, kamu ingin mobil ? Pemerintah akan memberikan 50% dari harganya, yang para anak muda di kuliahkan ke luar negeri lengkap dengan gaji bulanan dan mobil, dan memberi tunjangan meski menganggur setelah lulus.
Pada tahun 1986, Khadafi sempat lolos dari maut ketika jet tempur AS menjatuhkan bom seberat 1 ton dibarak Khadafi di Bab al -- azizya. Bom itu tepat jatuh di tempat tidurnya, dan membunuh putrinya yang berusia 2 tahun, yang sering tidur bersamanya.
Tuhan pun berkehendak lain, malam itu ia sedang tak berada di tempat tersebut. Baik atau buruknya, Khadafi hanyalah seorang Bedouin yang lahir dalam tenda. Ia begitu membenci kemiskinan dan korupnya dunia Arab, yang didominasi dan di ekploitasi oleh AS Prancis dan Inggris.
Kini rakyat Libya menyesal telah menggulingkan Khadafi, Libya telah hancur, Libya telah dalam genggaman barat AS NATO. Rakyat menjadi budak di negerinya sendiri, dan yang menikmati kekayaan alam Libya adalah para elit -- elit yang rakus kekuasaan. Pilihan revolusi jauh dari harapan. "Ketika kami para demonstran menjatuhkan Khadafi, kami bermimpi akan menikmati kekayaan negara ini, sekarang kami menyesal".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H