Sudah 8 tahun pasca gelombang revolusi yang mencuat di Libya berjalan. Namun, bukannya mengalami perubahan positif, negeri di wilayah Afrika Utara itu malah terjebak dalam kekacauan tiada akhir.
Tapi kini, kebanyakan warga Libya menyesalkan penggulingan Muammar Khadafi, bukan karena mereka mencintai rezimnya, tapi karena pilihan revolusi ternyata berjalan tak sesuai harapan. Dan bagi kebanyakan warga Libya, revolusi tersebut hanya menghasilkan banyak kasus tentang kerusuhan dan aksi terorisme.
Pada tahun 2009, Khadafi yang pada saat itu menjabat sebagai Presiden Uni Afrika telah mengusulkan bahwa benua yang tertekan secara ekonomi tersebut harus mengadopsi "Dinar Emas".
Khadafi telah mengorganisir penciptaan dinar emas tersebut yang akan di gunakan oleh negara -- negara minyak Afrika serta negara -- negara OPEC Arab dalam penjualan minyak mereka di pasar dunia. Karena dengan begitu, perekonomian negara -- negara Afrika akan mengalami kenaikan ekonomi yang sangat signifikan.
Jika hal ini sampai terjadi pada saat Wall Street and City of London yang jatuh dalam krisis keuangan pada tahun 2008 -- 2009, maka tantangan untuk mempertahankan cadangan uang dolar akan menjadi sebuah permasalahan yang sangat serius. Langkah Khadafi akan menjadi sebuah lonceng kematian bagi hagemoni keuangan AS, dan Dollar System.
Afrika adalah salah satu benua terkaya di dunia, dengan kekayaan emas yang belum di gali secara luas dan kekayaan mineralnya, telah dengan sengaja dibiarkan terbelakang atau dibuat perang untuk mencegah perkembangan mereka.
Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia selama beberapa dekade terakhir telah menjadi alat -- alat Washington untuk menekan perkembangan nyata Afrika.Â
AS mendapat dukungan dari Inggris dan Prancis, dan secara mengejutkan mereka juga mendapatkan resolusi dari Dewan Keamanan PBB yang akan memberikan mereka lampu hijau agar NATO dapat menghancurkan rezim Khadafi.
Dengan seizin dari Dewan Keamanan PBB, serangan militer NATO pada Libya, negara dengan kekayaan minyak di Afrika Utara itu pun dimulai. Serangan AS ke Libya ini diyakini mempunyai motif lain dari sekedar membela HAM rakyat Libya.
Terjadinya demonstrasi guna menentang rezim Khadafi yang meletus pada 17 Februari 2011 di kota Benghazi, Libya Timur, dan dengan cepat menyebar ke kota lain. Beberapa pekan kemudian, demonstrasi damai tersebut berubah menjadi konflik bersenjata antara gerilyawan Libya dengan pasukan Khadafi.
Pada Oktober 2011, gerilyawan menangkap dan membunuh Khadafi di kota kelahirannya, Sirte, dan menggulingkan rezimnya yang telah berkuasa selama 42 tahun.
Pembunuhan terhadap Presiden Libya Muammar Khadafi itu pun dimulai. Saat itu, Khadafi sedang melarikan diri dari Tripoli ke Sirte, akibat serangan jet tempur NATO di ibukota Libya yang makin menjadi sejak penerapan NO -- FLY -- ZONE.
Perjalanannya terhenti di tengah jalan ketika jet Prancis & drone AS menghancurkan konvoi mobilnya. Terluka, presiden Khadafi terseok -- seok dengan bersembunyi di saluran got, sebelum di tangkap oleh 'pemberontak' buatan AS & Prancis. "Jangan tembak, jangan tembak" kata Khadafi kepada sejumlah tentara NTC yang menyeretnya dari got, lalu Khadafi pun diarak di tengah jalan.
Dengan kepala bersimbah darah dengan busana compang -- camping seluruhnya, Khadafi menjadi bulan -- bulanan sejumlah tentara yang belum puas dengan kemenangannya. Ada yang menodongkan pistol, ada yang menjambak rambutnya, beberapa kali Khadafi terjatuh sambal mengusap wajahnya yang penuh dengan darah.Â
Ketika Khadafi di tangkap & dikelilingi pemberontak, ia bagaikan domba yang siap dimangsa sekawanan anjing hutan, dihajar habis -- habisan, dan akhirnya dibunuh oleh orang -- orang yang notabene adalah rakyatnya sendiri.
Orang -- orang yang telah diantarnya sebagai pemilik GDP tertinggi per kapita di dunia dengan memiliki angka harapan hidup terpanjang & angka kemiskinan yang bahkan lebih rendah dibanding Kerajaan Belanda.
Ia disodomi dengan gagang pisau oleh rakyatnya sendiri yang telah diprovokasi oleh pemberontak propaganda AS dan sekutunya. Rakyat Libya rela menyiksa bahkan sampai membunuh orang yang telah mengantarkannya untuk menikmati pendidikan gratis, layanan kesehatan gratis, harga BBM lebih murah dari harga air, listrik gratis, pinjaman tanpa bunga, rakyat Libya tak perlu membayar sedinar pun untuk apertemen dan tidak ada yang namanya biaya sewa, kamu ingin mobil ? Pemerintah akan memberikan 50% dari harganya, yang para anak muda di kuliahkan ke luar negeri lengkap dengan gaji bulanan dan mobil, dan memberi tunjangan meski menganggur setelah lulus.
Pada tahun 1986, Khadafi sempat lolos dari maut ketika jet tempur AS menjatuhkan bom seberat 1 ton dibarak Khadafi di Bab al -- azizya. Bom itu tepat jatuh di tempat tidurnya, dan membunuh putrinya yang berusia 2 tahun, yang sering tidur bersamanya.
Tuhan pun berkehendak lain, malam itu ia sedang tak berada di tempat tersebut. Baik atau buruknya, Khadafi hanyalah seorang Bedouin yang lahir dalam tenda. Ia begitu membenci kemiskinan dan korupnya dunia Arab, yang didominasi dan di ekploitasi oleh AS Prancis dan Inggris.
Kini rakyat Libya menyesal telah menggulingkan Khadafi, Libya telah hancur, Libya telah dalam genggaman barat AS NATO. Rakyat menjadi budak di negerinya sendiri, dan yang menikmati kekayaan alam Libya adalah para elit -- elit yang rakus kekuasaan. Pilihan revolusi jauh dari harapan. "Ketika kami para demonstran menjatuhkan Khadafi, kami bermimpi akan menikmati kekayaan negara ini, sekarang kami menyesal".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H