Mohon tunggu...
ahmad fika syauqiy
ahmad fika syauqiy Mohon Tunggu... Guru - be your self

Bermodalkan niat mulia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Runtuhkan Hoax dengan "Character Building"

9 November 2017   20:10 Diperbarui: 9 November 2017   21:31 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semakin hari perkembangan teknologi semakin meningkat pesat. Negara kita pun merasakan dampak perkembangan teknologi tersebut secara nyata. Segala informasi dari penjuru dunia mudah terakses hanya melalui gadget dan media sosial yang kita miliki, sehingga menjadikan teknologi sebagai primadona dan kebutuhan umat manusia saat ini. Namun sayangnya kemudahan-kemudahan tadi tidak selamanya membawa dampak positif, justru sebagian oknum memanfaatkannya untuk hal-hal negatif. Mereka menyebar kebohongan, kebencian, hingga mengadu domba berbagai pihak, itulah yang saat ini kita kenal dengan hoax.

Maraknya penyebaran hoax di Indonesia menjadi satu hal yang perlu diantisipasi dan diwaspadai, terlebih oleh guru Republik Indonesia. Sosok yang berperan dalam mendidik generasi penerus bangsa tersebut berkewajiban melindungi  anak didiknya dari oknum hoax yang tidak bertanggung jawab, karena pelajar adalah sasaran utama dalam misi penyebaran hoax. Hal ini disebabkan karena intensitas pelajar yang banyak berinteraksi dengan gadgetnya, mulai dari mengerjakan tugas, bersosial dengan rekan sebaya, dan berbagai kebutuhan lain yang memaksa mereka untuk menyelami dunia maya lebih dalam dari kalangan yang lain.

Faktor tersebut memaksa guru Indonesia untuk bergerak lebih cepat, agar anak didik mereka tidak terseret arus globalisasi yang negatif. Karena hoax jelas berdampak negatif dan merugikan berbagai pihak. Seperti yang terjadi beberapa saat lalu, ketika event pemilihan kepala daerah diadakan. Kabar-kabar miring bermunculan seiring dengan kampanye kandidat kepala daerah, yang akhirnya kabar tersebut memancing konflik antar pendukung kandiddat. Tentu hal ini merusak makna dari semboyan negara kita, "Bhineka Tunggal Ika" dan merusak nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Selain itu, hoax juga mampu memicu kepanikan publik. Seperti saat terjadinya bencana alam di Kota Ambon beberapa waktu silam. Hoax bersebaran melalui dunia maya dan menyebutkan bahwa akan muncul gempa susulan serta gelombang tsunami. Tentu berita ini menggegerkan seluruh rakyat Indonesia terkhusus mereka yang tinggal di sekitar Provinsi Maluku, padahal berita tersebut hanya sekedar ulah oknum hoax yang mencari sensasi semata. Namun dampak yang diberikan sungguh luar biasa merugikannya.

Keresahan publik juga terjadi saat munculnya berita, bahwa salah satu produk yang sering dikonsumsi masyarakat mengandung zat berbahaya pemicu autis, pengerasan otak, bahkan kematian. Tentu saja kabar ini sangat merugikan pihak perusahaan yang memproduksi produk tersebut, bahkan bisa menurunkan omzet perusahaan secara drastis. Untungnya pihak perusahaan segera mengkonfirmasi instansi terkait, yaitu Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Badan Pemeriksan Obat-obatan dan Makanan (BPOM) agar meluruskan berita bohong yang sudah tersebar luas tadi. Dan akhirnya pihak terkait memutuskan bahwa produk yang dimaksud aman untuk dikonsumsi, karena tidak ditemukan zat berbahaya yang terkandung di dalamnya.

Dari berbagai dampak negatif yang telah disebutkan tadi, tentunya seluruh guru di Indonesia tidak ingin jika anak didiknya menjadi korban hoax, apalagi sampai menjadi oknum penyebar hoax. Karena jelas sekali, hoax telah merugikan, meresahkan, dan mengancam persatuan serta keamanan negara. Maka dari itu, anak didik harus diberi edukasi terkait identifikasi hoax, agar kedepannya mereka mampu memilah berita yang tersebar di sekitar mereka. Septiaji Eko Nugroho (Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax) menguraikan langkah identifikasi ke dalam lima tahap sederhana, diantaranya :

  • Hati-hati dengan judul yang provokatif, sebab para oknum kerap membubuhi judul sensasional yang profokativ supaya para pembaca mampu terbawa ke arah yang dikehendaki penyebar hoax.
  • Cermati alamat situs yang menyebarkan berita, apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai situs pers, maka informasi yang disebarkannya terbilang meragukan. Adapun situs yang terverifikasi sebagai situs berita resmi, saat ini jumlahnya belum mencapai 300 situs dari sekian puluh ribu situs yang menyebarkan informasi melalui dunia maya.
  • Periksa fakta dan pastikan berita yang kita baca bukan berupa opini, karena opini hanya pendapat dan kesan dari penulis berita. Kita mampu memastikan faktanya melalui pihak yang bersangkutan dengan berita tersebut. Misalkan berita terkait produk makanan atau minuman yang dikatakan mengandung bahan-bahan berbahaya, maka kita harus memastikannya melalui Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan bisa pula kita mencari informasi lewat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Apabila dari instansi terkait tidak menyatakan bahwa produk tersebut berbahaya, maka berita tadi merupakan hoax yang sengaja dibuat untuk merugikan satu pihak.
  • Cek keaslian foto dengan seksama, karena oknum penyebar hoax seringkali meyakinkan pembaca dengan foto yang sudah dieditnya.
  • Ikut serta grup diskusi anti hoax yang beredar di facebook ataupun situs besar lainnya. Karena di dalamnya kita mampu mendapatkan klarifikasi berita sesungguhnya dari rekan-rekan lain yang lebih mengetahui beritanya.

Setelah mengetahui langkah identifikasi hoax, saatnya sang pendidik memberikan character building(pembentukan karakter) untuk anak didiknya. Dalam kamus Bahasa Indonesia, karakter berarti tabiat, akhlaq, watak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Adapun membangun karakter berarti suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki, dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, budi pekerti, sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang berlandaskan Pancasila.

Lalu bagaimana pembentukan karakter yang dapat dilakukan oleh bapak dan ibu guru? Pembentukan karakter dapat disisipkan pada saat kegiatan belajar mengajar yang mereka jalani setiap harinya. Perlahan guru menanamkan sikap-sikap terpuji seperti peduli, jujur, bijaksana, berpendirian, dan masih banyak lagi sikap-sikap terpuji lainnya. Sehingga tidak melulu yang disampaikan di kelas berupa pelajaran, karena hakikatnya pendidikan lebih penting daripada pengajaran. Apalah artinya anak didik yang pintar, jika ia tidak memiliki keindahan karakter. Nantinya mereka akan menggunakan kepintarannya untuk kepentingan mereka sendiri, seperti yang terjadi pada fenomena hoax ini. Para oknum adalah orang yang cerdas, sehingga mereka mampu mengoperasikan tekhnologi dengan baik sekali. Namun minimnya karakter yang dimiliki menyebabkan ia menghalalkan berbagai macam cara demi kepentingan ia sendiri.

Karakter yang baik akan membuat anak didik lebih bijak dalam mengambil keputusan. Sehingga apabila mereka dihadapkan dengan bermacam-macam berita, mereka mengerti apa yang harus mereka lakukan. Pastinya sesuai dengan langkah identifikasi yang telah disebutkan di awal. Alhasil, anak didik kita tidak akan melanjutkan berbagi berita hoax tersebut, namun ia akan mengambil sikap dan mengadukannya melalui situs yang disediakan oleh KOMINFO yaitu aduankonten@mail.kominfo.go.id.

Selain itu bangun juga karakter peduli pada anak didik kita, supaya mereka tidak hanya memikirkan diri mereka sendiri. Sehingga nantinya sikap peduli yang akan membawa anak didik untuk memberikan edukasi terhadap keluarga, sanak saudara, dan masyarakat yang berada disekitarnya. Karena tidak semua orang memahami hal-hal terkait dengan hoax, terlebih cara melawan keberadaannya.

Setelah bapak dan ibu guru membangun karakter anak didik, berarti sang pendidik telah selangkah lebih maju dalam upaya pencegahan hoax. Terlebih jika upaya tersebut dijalankan oleh seluruh guru di Indonesia, tentu kedepannya tidak akan bermunculan oknum-oknum penyebar hoax di negara kita. Dan media sosial berjalan sebagaimana mestinya, memberikan berita fakta dan informasi positif lainnya.

Sebagai penutup, saya akan berbagi pengalaman terkait sikap dan tindakan saat menjumpai hoax. Beberapa saat yang lalu saya dan teman-teman saya mendapati adanya berita kecelakaan beruntun yang terjadi antara 33 mobil, yang terjadi di pintu keluar tol di kota kami. Saat itu kami panik dan kaget, pasalnya baru kali kami mendengar kabar kecelakaan yang luar biasa parahnya seperti ini. Dengan segera teman saya tadi membagikan berita tersebut kepada teman-teman yang lain melalui media sosial, dengan tujuan agar teman-teman lainnya berhati-hati saat melewati TKP (tempat kejadian perkara).

Setelah ia membagikan berita tersebut, saya pun berpikir lebih jauh tentang kebenaran berita tadi. Lalu saya bertanya kepada teman saya, "kamu yakin dengan berita ini?" "Aku tidak yakin" katanya. "Lalu kenapa kamu bagi berita itu" tanyaku. Dengan rasa penasaran akan kebenarannya, teman saya pun segera mencari tahu kebenarannya melalui beberapa situs berita resmi dengan gadgetnya. Setelah beberapa saat memastikan, akhirnya teman saya menemukan fakta yang sebenarnya. Ternyata kecelakaan tadi terjadi antara 5 mobil dan bukan 33. Atas rasa bersalahnya, teman saya dengan segera mengklarifikasi dan membenahi hoax tadi dengan informasi yang sesuai dengan kejadian sebenarnya.

Pengalaman tadi menjadi pelajaran sangat berharga bagi saya dan teman-teman, bahwa tidak semua berita yang kita dapatkan di media sosial adalah benar. Perlu diakan identifikasi kebenarannya, baik melalui situs berita resmi ataupun dengan survey lokasi secara langsung. Kami pun semakin sadar bahwa character bulding perlu dibangun sedini mungkin, agar nantinya lahir generasi yang berkarakter baik dan bermanfaat untuk negeri.

#antihoax #marimas #pgrijateng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun