Mohon tunggu...
Syauqi Muhammad Sya'roni
Syauqi Muhammad Sya'roni Mohon Tunggu... -

Manonjaya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tuhan, Kau Adil

6 Oktober 2017   23:46 Diperbarui: 6 Oktober 2017   23:57 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Batang panjang kuhisap dalam-dalam ditemani secangkir coklat khas yang kental 

Bersamaan dengan itu, angin jahat yang tak kasatmata membuat kedinginan pada tubuh ini

Membuat mesin ini bekerja untuk berhikmah tentang suatu hal yang tak terlalu berat 

Kemudian, mulailah ia bekerja untuk hasil seperti hasilnya anak-anak labil

Kuberniat tuk melihat hasil kerja mesin orang dengan masa berapi-apinya pada sebuah benda yang menyala

Namun, tak kutemukan hasil-hasil itu, yang kuteumui ialah nama seseorang yang memang sebelumnya kukenal nama itu

Dari orang itu, aku terkejut

Aku terkejutnya bukan main lagi

Bukan rekayasaan lagi

Terkejutnya aku ini seperti aneh

Bisa-bisanya dia membuat manusia terpesona oleh hasil mensinnya

Memanglah, dia itu bertekad untuk itu, anggapku

Aneh ya diriku ini, bisa-bisanya saya terjebak dalam jalan yang yang lurus ini

Seperti berputar pada jalanan

Seolah mataku tertutup untuk melihat keadaan dimensi ini

Aku sedang melakukan ritual tersesat yang banyak dilakukan minoritas di dimensi ini

Oh dimensi, apa kau tega melihat diriku terjebak pada jalanan bundar yang menyesatkan ku? 

Setidaknya, diriku ini masih mencintai mu, walau kau sudah membuat ku kebingungan yang sudah mencapai batas

Mengapa tuhan menciptakan hitam disamping terang? 

Tuhan itu memang adil

Tapi dalam masalah ini, apakah bisa dikatan adil!

Apakah tuhan mengabaikanku ? 

Apakah tuhan terus seperti itu? 

Apakah tuhan adil? 

Tuhan itu adil

Lalu. . .  Bagaimana denganku? Apakah tuhan adil dengan bersikap seperti ini padaku? 

Tuhan itu adil

Tak hentinya memikirkan keadilan tuhan, yang hakikatnya bahwa, tuhan itu adil

Hanya orang bodoh yang benar-benar mempertanyakan keadilan tuhan pada dimensi ini

Untuk hikmahnya? Belum kuselesaikan

Tak terlalu penting untuk kau dengar hikmah yang kusimpan di memori ini

Karena keadilan tuhan itulah, hikmah ku tak kelar malam ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun