Satu depa, dua depa, tiga depa ,ia merasa belum cukup juga dengan tali emasnya. Jikalau saja ia mau sedikit bersyukur, hanya butuh satu atau dua depa saja ia tidak akan lagi hidup dalam kemiskinan. Kenyataannya dia terlalu serakah hingga ia terus menerus menarik kawatnya sampai sampannya penuh dengan gulungan kawat emas itu.
Tiba-tiba dari dalam sungai terdengar suara yang menyuruhnya menyudahi menarik kawat emas itu. Si nelayan tidak peduli dengan hal itu dan tetap menariknya hingga peringatan kedua terdengar dari dalam sungai. Sementara ia sibuk menarik kawat, ia tidak menyadari bahwa sampannya perlahan-lahan mulai dipenuhi air. Seketika ia berhenti menarik kawat dan berusaha menyelamatkan diri. Terlambat sudah, perahu itu dipenuhi air karena terlalu berat menanggung semua kawat emas yang telah dikumpulkannya. Seketika perahu itu tenggelam bersama si nelayan di dasar sungai dan tidak pernah muncul lagi setelahnya. Sejak saat itu sungai tersebut dinamakan Sungai Kawat .
Analisis
Kedua cerita di atas merupakan ragam cerita ulang imajinatif. Pada cerita ulang imajinatif, pencerita biasanya menghubungkan kejadian tertentu dan atau objek geografis tertentu dengan kebiasaan adat setempat. Sudut pandang yang dipakai adalah orang ketiga serta diceritakan berulang dari generasi ke generasi.
Legenda Danau Ranau berasal dari daerah Lampung sedangkan Legenda Sungai Kawat berasal dari Kalimantan Barat.
Legenda Danau Ranau merupakan cerita yang mengisahkan terciptanya suatu bentukan geografis yaitu danau. Legenda Sugai Kawat pun menceritakan kejadian yang dulunya dipercayai pernah terjadi di sungai itu yang menginspirasi orang-orang disekitarnya menamai sungai itu Sungai Kawat.
Kedua tokoh utama cerita di atas (Naga dan nelayan) mempunyai pekerjaan sebagai nelayan. Kesamaan pekerjaan ini diperkirakan karena kesamaan wilayah tempat tinggal ,yaitu pesisir atau dataran rendah. Sedikit berbeda dengan zaman sekarang yang menggunakan umpan buatan, menurut cerita, keduanya masih menggunakan umpan alami atau cacing.
Kedua cerita di atas sama-sama memiliki pesan moral yang masih relevan sampai saat ini. Jangan menggambil sesuatu yang bukan haknya serta barangsiapa yang bersikap tamak atau serakah pasti akan celaka. Legenda kedua dengan jelas menggambarkan ketamakan nelayan dengan terus-menerus menarik kawat emas demi menjadi ornag kaya. Sedangakan legenda pertama, menerangkan bahwasannya mengambil sesuatu milik orang lain akan berakibat buruk dan fatal.
Meski kedua legenda di atas menyiratkan nilai magis atau mistis, namun keduanya memiliki perbedaan penggambaran kekuatan itu. Legenda pertama dengan jelas menerangkan bahwa ada sesosok mahluk mitologi atau dewa yang bernama Ulai yang menguasai lautan. Sedangkan legenda kedua, hanya merepresentasikan kekuatan itu lewat suara-suara misterius.
Legenda suatu daerah dapat menyiratkan kebiasaan masyarakat setempat. “Rasa penasaran adiknya itu memancing amarah Naga, ia pun membentak Ranau dan menyuruhnya lekas memasak telur itu.”, penggalan legenda pertama ini menggambarkan dominasi laki-laki atau kakak laki terhadap kaum wanita. Di sisi lain cerita kedua pada kalimat,” Nelayan itu bertekad bahwa jika ia pulang ke rumah, ia harus membawa ikan untuk anak dan istrinya.” Lebih menggambarkan betapa bertanggungjawabnya laki-laki sebagai kepala keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H