Meski diliputi perasaan ragu, akhirnya direbusnyalah telur itu dan dibelahnya menjadi dua sama besar. Belum sempat memakan telurnya sendiri, Naga sudah merebut bagian adiknya tersebut dan ketika Ranau hendak memakan bagiannya yang tinggal sedikit itu, tiba-tiba Naga memintanya untuk mengisi kendi air yang telah kosong. Setelah terisi penuh, tidak sampat hitungan detik air di kendi telah kosong kembali sedangkan kakaknya masih saja kehausan.
Panas dan dahaga yang Naga rasakan semakin lama semakin menjadi. Kini, ia telah menghabiskan persediaan air di rumah dan sumur belakang rumahnya. Namun dahaganya belum juga hilang. Kemudian badannya perlahan menunjukan perubahan aneh. Muncul sesuatu yang mirip dengan sisik ular. Adiknya meyarankan Naga untuk meminum air di sungai. Sesampainya di sungai, secara mencengangkan, sungai itu pun surut seketika. Kini tidak ada pilihan lain bagi mereka untuk mencari air selain satu tempat tersisa, Laut Sekala Brak.
Mereka bergegas menuju lautan yang mengelilingi desanya itu. Di tengah perjalanan, Naga mulai merasakan kekauan di kaki dan tangannya. Tangan dan kakinya mengecil serta menjadi satu dengan badannya. Sekarang ia lebih mirip ular ketimbang manusia. Melihat kejadian tersebut Ranau pun mersa sedih dan berdoalah ia agar kakaknya dapat kembali seperti semula.
Tiba-tiba bumi dan lautan berguncang hebat. Munculah sesosok makhluk mirip ular dari dasara laut. Makhluk itu ialah, “Ulai”,ular sakti yang dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai penjaga lautan. Ia mengatakan bahwa yang terjadi pada Naga adalah kutukan atas telur yang dimakannya. Telur itu adalah bakal calon anaknya yang kelak akan menggantikan tugas ulai menjaga lautan. Ulai hanya mampu bertelur sekali dalam seribu tahun dan tanpa penerusnya, ia khawatir jika lautan akan jadi kacau dan bencana akan datang silih berganti.
Naga pun tertunduk lemas menyesali perbuatannya. Ia tidak mampu membayangkan seumur hidupnya meninggalkan adiknya sebatang kara dan menjadi ulai. Ia telah berbuat cereboh dan ia harus bertanggung jawab atas itu semua. Akhirnya, Naga bersedia mengabdi pada ulai sampai seribu tahun lamanya asalkan ia diberkati kekuatan untuk berubah wujud menjadi manusia setiap bulan purnama. Naga pun berenang ke arah lautan lepas dan berjanji akan menemui Ranau di malam bulan purnama berikutnya.
Hari berganti minggu, berbulan-bulan telah berlalu hingga tiba saatnya Naga menengok sang adik tercinta. Setelah lama mencari, Naga tidak kunjung menemukan Ranau. Naga kesal. Ia beranggapan bahwa Ranau malu bertemu siluman sepertinya. Sebagai bentuk amarahnya, dibuatlah sebuah gelombang pasang yang amat besar hingga menghancurkan perkampungan, meluluhlantakkan area persawahan dan juga perkebunan. Menyadari bahwa itu adalah ulah kakaknya, Ranau yang sedang menumbuk padi, segera berlari ke arah laut.
Ranau yang kelelahan berusaha meredakan murka kakaknya. Ia menjelaskan pada Naga bahwasannya kini ia harus berlelah membanting tulang untuk memenuhi kebutuhnannya sehari-hari hingga ia terlupa bahwa malam ini adalah malam bulan purnama. Naga yang terlanjur dibutakan amarah, tidak lagi peduli dengan apa yang dikatakan Ranau. Seketika, dihempasnya tubuh mungil adiknya itu dengan ekor hingga terpelanting ke lautan dan tewas seketika.
Melihat tubuh adiknya terombang ambing di lautan, Naga tersadar bahwa apa yang telah dilakukannya adalah kesalahan besar. Amarahnya berangsur reda tergantikan oleh rasa sesal yang mendalam. Tak terkira dalamnya rasa itu hingga ia bersumpah untuk menebus kesalahanya dengan menjdi penjaga lautan selamanya.
Secara ajaib, seketika laut itu mengecil. Mulailah terlihat daratan yang selama ini tergenangi air laut. Lautan itu kini telah menjadi danau. Suara ulai kembali terdengar menyerukan hukuman Naga untuk menjaga danau itu dan menjamin kemakmuran masyarakat di sekitarnya. Ia pun tidak dapat kembali ke wujud asalnya lagi sebagai manusia . Sebelum kembali ke dasar danau, terlebih dahulu Naga menguburkan jasad adiknya di tepian danau yang kini dikenal sebagai Danau Ranau.
Kini untuk memperingati legenda ini, masyarakat sekitar biasa melakukan tarian pada malam bulan purnama sebegai bentuk penghormatan dan rasa terima kasih kepada Naga yang masih dipercayai hidup di dasar danau.
Cerita 2