ICOR Indonesia pasca-Jokowi mencapai 6,3, menunjukkan bahwa untuk meningkatkan PDB sebesar 1 unit, diperlukan investasi yang sangat besar. Ini menjadi indikator inefisiensi dalam ekonomi.
Biaya investasi di Indonesia terlalu mahal dibandingkan negara-negara lain di kawasan yang memiliki ICOR lebih rendah. Hal ini mencerminkan tantangan struktural dalam perekonomian.
Korupsi menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan tingginya ICOR. Praktik korupsi menghambat investasi dan menciptakan inefisiensi dalam penggunaan sumber daya.
Dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia membutuhkan infrastruktur konektivitas yang baik. Namun, peringkat LPI menunjukkan bahwa Indonesia kalah dari negara-negara tetangga dalam hal ini.
Peringkat kemudahan berusaha Indonesia masih jauh dari memuaskan. Ini mengindikasikan bahwa reformasi yang diperlukan untuk menarik investasi belum sepenuhnya terwujud.
Warisan ekonomi Jokowi, yang cenderung terlalu mengandalkan konsumsi, menjadi tantangan bagi Prabowo. Keberlanjutan ekonomi harus berfokus pada investasi dan pengembangan sumber daya manusia.
Prabowo harus mengambil langkah strategis untuk mengatasi warisan buruk Jokowi. Ini termasuk efisiensi besar-besaran dalam APBN untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Dengan reformasi yang tepat, Prabowo berharap dapat membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia ke angka 7 persen hingga 8 persen. Namun, tantangan dari Gibran dan legacy Jokowi harus segera diatasi untuk mencapai tujuan tersebut.
Paji Hajju
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI