Di tengah keramaian rumah, Ibu tampak tersenyum, tetapi di balik senyumnya tersimpan kesedihan yang tak terucapkan. Cintanya yang tak terhingga untuk keluarga seakan menguras semua energi jiwa. Dalam kesunyian malam, Ibu merindukan mimpinya yang tertinggal, terjebak dalam rutinitas. "Di kehidupan selanjutnya, tolong cintai dirimu sendiri," pikirku, berharap Ibu mendengar bisikan hatiku.
Ibu, kau layak merayakan setiap langkah yang telah kau ambil. Aku ingin melihatmu menari di bawah hujan, merasakan setiap tetes air yang menghapus rasa lelah. Dalam setiap gerakan, ada kebebasan yang kau cari. "Adakan pesta untuk dirimu sendiri," ingin kukatakan. Biarkan dunia tahu bahwa Ibu adalah sosok yang berjuang dengan penuh semangat.
Kepingan harapan Ibu terjatuh, bertebaran di sudut-sudut rumah. Setiap kali aku melihatmu, aku merasakan betapa kerasnya perjuanganmu. "Jangan biarkan harapanmu patah," kataku dalam hati. Di kehidupan selanjutnya, Ibu, kumpulkan kembali potongan-potongan itu. Rangkai menjadi sebuah kisah baru yang penuh warna dan kebahagiaan.
Terima kasih, Ibu, cinta sejati!
Setiap pelangi yang muncul setelah hujan seakan mengajak Ibu untuk tersenyum. Namun, senyummu sering kali tersembunyi di balik air mata. "Tersenyumlah, Bu," aku ingin berteriak. Dalam kehidupan selanjutnya, biarkan pelangi menjadi simbol harapan baru. Bukan hanya untuk keluarga, tetapi juga untuk dirimu sendiri, Ibu.
Ibu, saat kau merajut benang mimpi, aku melihat cahaya di matamu. Namun, kenapa kau berhenti? "Jangan biarkan mimpimu terbenam," kataku. Dalam kehidupan selanjutnya, biarkan benang itu melilit erat di tanganmu. Kejar sampai lelah, sebab setiap usaha yang kau lakukan adalah langkah menuju kebahagiaan.
Ada kalanya egoisme itu penting, Bu. Jangan ragu untuk memilih dirimu sendiri. "Hiduplah sebagai Ibu yang berani," ingin kukatakan. Di kehidupan selanjutnya, cobalah untuk tidak mengorbankan kebahagiaanmu demi orang lain. Keluarga akan mengerti bahwa Ibu juga butuh cinta dan perhatian.
Baca juga: "Selamat Tahun Baru, Tapi Apa Yang Baru?"Ibu, engkau adalah segalanya.
Setiap doa yang Ibu panjatkan seakan terhenti di langit yang kelabu. Aku ingin Ibu berdoa untuk diri sendiri, bukan hanya untuk kami. "Doakan mimpimu, Bu," bisikku. Di kehidupan selanjutnya, semoga Ibu menemukan jalan yang lebih terang untuk melangkah, dengan harapan yang tak pernah pudar.
Jejak langkah Ibu sering kali tertutup oleh kesibukan sehari-hari. Namun, di balik semua itu, aku tahu masih ada jejak yang kuat. "Kembalilah ke jalan yang kau impikan," aku ingin mengingatkan. Di kehidupan selanjutnya, biarkan langkahmu kembali terukir di tanah yang penuh harapan.
Cinta Ibu tak terhingga.
Senyum Ibu adalah harta terindah, namun sering kali terpendam oleh rasa lelah. "Tunjukkan senyummu, Bu," aku ingin memanggilmu. Di kehidupan selanjutnya, biarkan senyummu menjadi cahaya bagi orang-orang di sekitarmu. Cintailah dirimu lebih dari yang lain, agar senyummu tulus dan penuh makna.
Maka, Ibu, di kehidupan selanjutnya, cintailah dirimu sendiri dengan sepenuh hati. "Jadilah Ibu yang berjuang untuk kebahagiaannya," ingin kukatakan. Dalam setiap detak jantungmu, semoga ada cinta yang abadi untuk diri sendiri. Dengan begitu, setiap langkah yang kau ambil akan memberi arti bagi hidupmu.
Paji Hajju
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H