Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ibu, Iba dan Abadi

5 Januari 2025   02:46 Diperbarui: 5 Januari 2025   02:46 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibunda tercinta; Kalsum Kideng (dok. pribadi)

Ibu, Iba dan Abadi

Di tengah keramaian rumah, Ibu tampak tersenyum, tetapi di balik senyumnya tersimpan kesedihan yang tak terucapkan. Cintanya yang tak terhingga untuk keluarga seakan menguras semua energi jiwa. Dalam kesunyian malam, Ibu merindukan mimpinya yang tertinggal, terjebak dalam rutinitas. "Di kehidupan selanjutnya, tolong cintai dirimu sendiri," pikirku, berharap Ibu mendengar bisikan hatiku.

Ibu, kau layak merayakan setiap langkah yang telah kau ambil. Aku ingin melihatmu menari di bawah hujan, merasakan setiap tetes air yang menghapus rasa lelah. Dalam setiap gerakan, ada kebebasan yang kau cari. "Adakan pesta untuk dirimu sendiri," ingin kukatakan. Biarkan dunia tahu bahwa Ibu adalah sosok yang berjuang dengan penuh semangat.

Kepingan harapan Ibu terjatuh, bertebaran di sudut-sudut rumah. Setiap kali aku melihatmu, aku merasakan betapa kerasnya perjuanganmu. "Jangan biarkan harapanmu patah," kataku dalam hati. Di kehidupan selanjutnya, Ibu, kumpulkan kembali potongan-potongan itu. Rangkai menjadi sebuah kisah baru yang penuh warna dan kebahagiaan.

Terima kasih, Ibu, cinta sejati!

Setiap pelangi yang muncul setelah hujan seakan mengajak Ibu untuk tersenyum. Namun, senyummu sering kali tersembunyi di balik air mata. "Tersenyumlah, Bu," aku ingin berteriak. Dalam kehidupan selanjutnya, biarkan pelangi menjadi simbol harapan baru. Bukan hanya untuk keluarga, tetapi juga untuk dirimu sendiri, Ibu.

Ibu, saat kau merajut benang mimpi, aku melihat cahaya di matamu. Namun, kenapa kau berhenti? "Jangan biarkan mimpimu terbenam," kataku. Dalam kehidupan selanjutnya, biarkan benang itu melilit erat di tanganmu. Kejar sampai lelah, sebab setiap usaha yang kau lakukan adalah langkah menuju kebahagiaan.

Ada kalanya egoisme itu penting, Bu. Jangan ragu untuk memilih dirimu sendiri. "Hiduplah sebagai Ibu yang berani," ingin kukatakan. Di kehidupan selanjutnya, cobalah untuk tidak mengorbankan kebahagiaanmu demi orang lain. Keluarga akan mengerti bahwa Ibu juga butuh cinta dan perhatian.

Ibu, engkau adalah segalanya.

Setiap doa yang Ibu panjatkan seakan terhenti di langit yang kelabu. Aku ingin Ibu berdoa untuk diri sendiri, bukan hanya untuk kami. "Doakan mimpimu, Bu," bisikku. Di kehidupan selanjutnya, semoga Ibu menemukan jalan yang lebih terang untuk melangkah, dengan harapan yang tak pernah pudar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun