Pendidikan feminis berupaya menggeser wacana dari perbedaan biologis menjadi perbedaan yang terstruktur secara sosial. Kebebasan dalam pendidikan mulai muncul, dan laki-laki serta perempuan dapat mengakses kurikulum yang sama, meskipun masih ada tantangan dalam pelaksanaannya.
Meskipun kurikulum pendidikan telah diperbarui, sikap merendahkan terhadap perempuan masih tetap ada. Butler menyoroti bahwa realitas ini perlu dibahas secara menyeluruh agar kita dapat memahami bagaimana gender berfungsi dalam konteks pendidikan dan kehidupan sosial.
Perempuan akan selalu di bawah laki-laki, kalau yang diurus hanya baju dan kecantikan.
 ---Soe Hok Gie
Butler menekankan pentingnya menciptakan ruang yang layak bagi semua orang, tanpa memandang gender. Ia percaya bahwa legislasi dan norma yang ada harus mencerminkan keberagaman dan kebutuhan semua individu, bukan hanya sebagian orang.
Di era modern ini, tantangan dalam memahami dan mengatasi isu gender tetap sangat relevan. Dalam konteks pendidikan dan masyarakat, penting untuk terus berupaya menghapus stigma serta diskriminasi terhadap perempuan dan menciptakan lingkungan yang inklusif bagi semua.
Mewujudkan kesetaraan gender memerlukan usaha kolektif dari seluruh elemen masyarakat. Dengan mendiskusikan dan mengedukasi tentang pentingnya kesetaraan, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik, di mana setiap individu, tanpa memandang gender, memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk berkembang.
Paji Hajju
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H