Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mother's Day: Momen Menghargai, atau Hanya Sebuah Ritual Konsumerisme?

22 Desember 2024   01:35 Diperbarui: 22 Desember 2024   01:35 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Hari Ibu bukan Mother's Day" | sumber foto: pinterest/chaw sawz

Di sisi lain, "Mother's Day" yang diadopsi dari tradisi barat, cenderung menekankan simbolisme tanpa substansi. Kembali lagi, kita bertanya: Apakah ini yang ingin kita rayakan? Atau kita ingin mengingat perjuangan yang lebih dalam?

Hari Ibu seharusnya menjadi pengingat bagi kita bahwa perempuan memiliki hak untuk berjuang dan bersuara. Kita tidak mau lagi terjebak dalam narasi yang hanya mengakui kemampuan perempuan dalam ranah domestik.

Seiring dengan perkembangan zaman, perjuangan perempuan harus tetap relevan. Kita perlu bertanya, "Apa yang bisa kita lakukan untuk mendukung perempuan di seluruh dunia?" daripada hanya memikirkan hadiah untuk ibu kita.

Dalam banyak hal, Hari Ibu bisa dianggap sebagai cermin dari seberapa jauh kita telah maju. Apakah kita sudah siap untuk merayakan perempuan sebagai individu yang memiliki hak dan aspirasi, bukan hanya sebagai sosok yang melahirkan?

Mother's Day: Perayaan atau Pemasaran?

Menghormati para ibu seharusnya lebih dari sekadar memberikan hadiah. Ini tentang mendukung mereka dalam perjuangan untuk mendapatkan hak yang setara. Mari kita mulai merayakan keberanian dan ketahanan mereka.

Sejarah mencatat banyak perempuan hebat yang berjuang untuk hak-hak mereka. Contohnya, R.A. Kartini yang menulis surat-surat inspiratif yang membuka jalan bagi pendidikan perempuan. Dia adalah sosok yang patut kita kenang dan rayakan.

Ketika berbicara tentang perempuan inspiratif, kita tidak bisa melupakan Siti Nurbaya, yang melawan ketidakadilan dan memperjuangkan hak-hak perempuan dalam novel yang ditulisnya. Kisahnya membuktikan bahwa perjuangan perempuan telah ada sejak lama.

Pandangan dari tokoh perempuan Indonesia, seperti Rini Soemarno, yang menulis dalam bukunya "Perempuan dan Kepemimpinan", menunjukkan bahwa perempuan memiliki potensi luar biasa untuk memimpin dan membawa perubahan. Hari Ibu seharusnya menjadi momen untuk merayakan potensi itu.

Begitu juga dengan pandangan Dewi Lestari dalam bukunya "Supernova", yang menekankan pentingnya perempuan dalam berbagai bidang. Dia menggambarkan karakter yang kuat dan mandiri, mencerminkan semangat perjuangan perempuan dalam kehidupan nyata.

Ibu, Pahlawan Tak Berjubah: Mengapa Kita Masih Mengharapkan Mereka Menjadi Superwoman?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun