Di tengah semua kekacauan, seorang kakek bijak berkata, "Kita harus bersyukur masih bisa tertawa." Rakyat pun setuju, meski dengan air mata.
Di balik semua kesedihan, mereka mulai menggali potensi diri. "Jika pemerintah tidak bisa membantu, kita harus saling membantu," ujar seorang ibu.
Dari situ, lahirlah komunitas kecil yang saling mendukung. Mereka berbagi informasi, sumber daya, dan bahkan makanan. "Kami mungkin tidak bisa mengubah negara, tapi kami bisa mengubah lingkungan kami."
Suatu hari, ketika berita buruk kembali menghantam, mereka berkumpul dan tertawa. "Setidaknya kita masih punya satu sama lain," kata seorang pemuda.
Dan begitulah, di tengah cermin negara yang retak, rakyat belajar untuk berdiri bersama, menemukan kekuatan dalam kebersamaan, meski dunia luar tampak seperti lelucon yang tak berujung.
Paji Hajju
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H