Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Syarwan Edy, sangat suka dipanggil dengan nama bang Paji. Si realistis yang kadang idealis | Punya hobi membaca, menulis dan diskusi | Kecintaannya pada buku, kopi, dan senja | Didewasakan oleh masyarakat dan antek kenangan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesona di Pulau Romantis

9 Mei 2024   16:36 Diperbarui: 9 Mei 2024   16:36 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Lemon8

Pesona di pulau romantis, kita curi-curi pandang, membiarkan angin berlagu dengan menyuarakan perihal senyummu yang seolah-olah adalah candu.

Saat tenggelamnya mentari, kedua mata tajam menatap tepat ke arah langit yang menawan. Dalam senja itu, kesederhanaan bisa menjadi istimewa dari pulangnya sore dengan keteduhan yang gaduh. Menanti malam, merindukan hujan, menitipkan harapan, tersesat di belantara rindu, hingga menghabiskan waktu untuk bersedih bersama di bawah cahaya bulan purnama. Di dalam pelukan cinta, di antara bintang yang bersinar gemilang, biarkan hati kita menyatu dalam rindu yang telah lama menumpuk pada benak. Kita berdua dalam harmoni yang sempurna, seperti lagu yang terus terdengar indah.

Angin berbisik penuh syahdu, seketika obrolan seputar kehidupan mulai tercipta dengan begitu liar dan rapi. Tanpa henti, pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya masih di rahasiakan oleh Tuhan pun mengalir deras dengan kata-kata yang terpilih untuk menciptakan keindahan yang abadi. Dalam pelukan yang hangat, tenang, kukenang senyummu yang manis. Sore ini hanya milik kita berdua, bersama merajut rindu di tepian senja yang terhampar.

"Hai Paji! Apa yang sedang kau pikirkan akhir-akhir ini? Bagaimana dengan hari-harimu?"

"Hai Bitu! Aku sedang merenung tentang arti kehidupan dan tujuan hidupku. Aku merasa perlu menemukan sesuatu yang lebih bermakna. Bagaimana denganmu? Apa yang membuatmu bersemangat saat ini?"

"Paji, itu adalah pertanyaan yang menarik. Aku juga sering merenung tentang hal yang sama. Saat ini, aku fokus pada pengembangan diri dan mengejar hobi baru. Aku merasa bahwa mengejar apa yang membuatku bahagia adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang memuaskan."

"Paji, akankah di setiap hubungan itu berujung bahagia, haruskah menunggu lebih lama, ataukah berakhir dengan sia-sia belaka?"

"Bitu, untuk apa kau memikirkan orang yang bahkan tidak pernah menanyakan tentang kabarmu?"

"Bitu, mungkin jodohmu ketahan di bea cukai. Jadi, sabar saja dan menerima dengan lapang dada."

Kemudian kita terdiam sejenak, untuk menghela nafas dengan lega dari sesak yang tercipta. Mencari jawaban atas tanya yang masih berkutat di kepala. Kita saling merangkul atas segala, mengeja debar satu-persatu, memilih sabar daripada gusar, kita berusaha mendiamkan air mata perlahan, dan mulai berhimpun pada canda tawa yang menciptakan bahagia daripada terus terusik dengan luka yang masih saja terpendam di dada. Satu sama lain dari kita berusaha untuk saling menerima, menyelesaikan soal-soal dalam hidup dengan tertawa lepas. Obrolan-obrolan kecil terus mengalir bebas tanpa disadari untuk menghiasi langit malam. Kata-kata kita saling berpadu, seperti melodi yang merdu.

"Paji, apa saja masalah yang umumnya dihadapi oleh negara kita ini?"

"Umumnya ada beberapa masalah, semisal: pertumbuhan ekonomi, ketahanan pangan, infrastruktur, kebijakan lingkungan dan perubahan iklim, korupsi, pendidikan, kemiskinan dan ketimpangan sosial, serta lainnya. Bitu."

"Korupsi? Wah luar biasa ya, Paji. Apakah korupsi sudah menjadi mata pencaharian di negeri ini?"

"Hehe, mungkin ya, Bitu. Karena korupsi telah menjadi masalah yang berkepanjangan di negeri ini. Upaya melawan korupsi terus dilakukan, tetapi masih dibutuhkan langkah-langkah lebih lanjut untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan, transparansi, dan akuntabilitas di semua tingkat."

Terus berlanjut, kita berkisah satu sama lain tentang catatan sejarah, demokrasi, mengagungkan nama-nama pahlawan, menolak lupa terhadap kasus yang sudah lewat tanpa keadilan, menyaksikan kelucuan pejabat negeri ini yang memang di atas normal, politik yang penuh dengan intrik, dan ketidakadilan terus saja mendera, serta korupsi yang merajalela, hingga dari kita saling mengerti kata hati, mengisahkan cinta, kebahagiaan, dan duka. Kita menjelajahi samudra kata-kata, mengarungi lautan perasaan dan memaknainya. Mengungkap keindahan dan kehancuran, dalam bait-bait yang penuh dengan renungan. Kita berdua bersama, mengungkapkan rasa dalam kata-kata, lalu cahaya bulan membelai wajahmu, dan menyinari malam kita, hati menyatu dan cinta pun tumbuh, karena dalam pelukanmu aku merasa utuh.

"Apakah kau juga berpikir tentang apa yang terjadi setelah kematian, Paji?"

"Sejujurnya, aku tidak tahu dengan pasti, Bitu. Ada banyak keyakinan dan pandangan yang berbeda-beda tentang hal itu. Beberapa orang percaya ada kehidupan setelah mati, sementara yang lain berpikir kita hanya berakhir di sini."

"Paji, bagaimana menurutmu tentang konsep jodoh?"

"Menarik! Bagiku, jodoh adalah tentang pertemuan dua orang yang saling melengkapi satu sama lain secara emosional, spiritual, dan sosial. Itu seperti menemukan seseorang yang bisa menjadi pasangan hidup yang sempurna. Bitu."

"Aku setuju, Paji. Saling melengkapi adalah salah satu aspek yang penting. Aku juga percaya bahwa jodoh melibatkan kecocokan nilai-nilai dan tujuan hidup antara dua orang."

"Betul, Bitu. Selain itu, aku juga berpikir bahwa jodoh melibatkan komunikasi yang baik dan rasa saling pengertian antara pasangan. Kemampuan untuk mendukung dan memahami satu sama lain sangat penting dalam menjalani hubungan jangka panjang."

"Sama sekali setuju. Aku juga berpikir bahwa jodoh bukan hanya tentang perasaan romantis, tetapi juga tentang membangun hubungan yang kuat, saling menghormati, dan bekerja sama sebagai tim. Paji."

Pesona di pulau romantis, kita curi-curi pandang, membiarkan angin berlagu dengan menyuarakan perihal senyummu yang seolah-olah adalah candu. Kita, aku dan kamu dalam genggaman cerita yang dalam. Kita menghadirkan kisah-kisah lama dan cerita-cerita baru, seperti pasangan yang saling mencintai, lalu menikmati momen ini dengan hati. Di bawah sinar rembulan yang gemilang di tepi pantai, biarlah obrolan penuh romantis ini menjadi kenangan. Yang terus hidup dalam jiwa, sebagai pengingat akan indahnya pertemuan kita ini. Tentang sepi, tentang rindu yang tak sempat terobati. Ini bukan tentang siapa yang akan lebih dulu pergi. Kita sudah sama-sama menjalani semua pertemuan, dan sisanya nanti hanya tentang merelakan.

Kita berbicara tentang mimpi dan harapan, menggenggam asa di telapak tangan. Kita tertawa dan berbagi cerita, layaknya kekasih sejati yang tak tergantikan. Di bibir pantai, di pulau romantis malam itu, kita berbincang banyak hal, semisal: di pelabuhan, kita lebih banyak melihat pelukan tulus dibanding acara pernikahan yang dikemas dengan banyak fulus. Di bilik-bilik rumah sakit, kita lebih banyak mendengar doa yang serius dibanding rumah ibadah lainnya yang mungkin masih saja ragu-ragu. Bantal di kasur juga lebih setia untuk banyak mendengar 'keluh terhancur' dibanding telinga manusia. Dan orang-orang lebih banyak memberimu bunga saat kamu sudah tiada, daripada memberimu saat kamu masih di dunia ini.

Paji Hajju 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun