Pesona di pulau romantis, kita curi-curi pandang, membiarkan angin berlagu dengan menyuarakan perihal senyummu yang seolah-olah adalah candu. Kita, aku dan kamu dalam genggaman cerita yang dalam. Kita menghadirkan kisah-kisah lama dan cerita-cerita baru, seperti pasangan yang saling mencintai, lalu menikmati momen ini dengan hati. Di bawah sinar rembulan yang gemilang di tepi pantai, biarlah obrolan penuh romantis ini menjadi kenangan. Yang terus hidup dalam jiwa, sebagai pengingat akan indahnya pertemuan kita ini. Tentang sepi, tentang rindu yang tak sempat terobati. Ini bukan tentang siapa yang akan lebih dulu pergi. Kita sudah sama-sama menjalani semua pertemuan, dan sisanya nanti hanya tentang merelakan.
Kita berbicara tentang mimpi dan harapan, menggenggam asa di telapak tangan. Kita tertawa dan berbagi cerita, layaknya kekasih sejati yang tak tergantikan. Di bibir pantai, di pulau romantis malam itu, kita berbincang banyak hal, semisal: di pelabuhan, kita lebih banyak melihat pelukan tulus dibanding acara pernikahan yang dikemas dengan banyak fulus. Di bilik-bilik rumah sakit, kita lebih banyak mendengar doa yang serius dibanding rumah ibadah lainnya yang mungkin masih saja ragu-ragu. Bantal di kasur juga lebih setia untuk banyak mendengar 'keluh terhancur' dibanding telinga manusia. Dan orang-orang lebih banyak memberimu bunga saat kamu sudah tiada, daripada memberimu saat kamu masih di dunia ini.
Paji HajjuÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H