Mohon tunggu...
Money

Konsep Wirausahawan Memurut Islam dan Enam Kualitas Wirausahaan Sukses

22 Desember 2016   11:18 Diperbarui: 22 Desember 2016   11:31 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Konsep

Seseorang wirausahawan berwirausaha hannya untuk mencari modal dan berwirausaha merupakan sebuah hobi bagi yang menekuninnya secara ikhlas. Berdagang/berwirausaha adalah ibadah karena berdagang adalah sebuah wadah dalam berbuat baik kepada sesama  manusia. Janganlah berwirausaha dengan cara-cara yang tidak benar menurut ajaran islam  dan ambillaah keuntungan yang benar dari hasil kerja/berwirausaha itu sendiri bahwasannya keuntungan yang baik/makanan yang baik adalah dari hasil/keuntungan kerja sendiri

Dalam hadis di jelaskan :

Artinya; “ dari miqdam RA. Dari Rosululoh SAW bersabda: tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik dari pada makan hasil kerjannya sendiri dan sesungguhnya Nabi Daud AS makan dari hasil buah tangan (pekerjaan) nya sendiri” (HR. AL-bukhari).

Dari hadis di atas bias di tarik kesimpulan bahwasannya sebaik-baiknya makanan adalah makanan yang berasl dari buah tangannya sendiri (hasil kerjanya sendiri.

Dalam hadis di jelaskan:

            Artinya: Dari Anas bekata. Rasul SAW bersabda: ya Allah sesungguhnya aku berlindung pada-Mu dari kelemahan, kemalasan, penakut, pikun serta kikir dan aku berlindung pada-Mu dari siksa kubur dan bencana kehidupan kematian” (HR.Muslim.)

            Dari hadis di atas bisa di tarik kesimpulan bahwasannya manusia di duni janganlah suka bermalas-malasan dalam mencari pekerjaan/ membuat wirausaha dan jika sebuah wirausaha atau sudah menemukan pekerjaan janganlah kikir terhadap sesama yang membutuhkan bahwasannya kelak semua yang berbau duniawi akan lah hilang dan mannusia akan mati.

Seseorang wirausahawan bias sukses jika:

  • Ada Anggapan         

 Umum bahwa wirausahawan yang sangat berhasil lebih percaya diri dan gigih daripada kebanyakan orang lainnya,  termasuk para wirausahawan yang kurang berhasil. Ini mungkin tidak benar salah satu risalah paling menggugah yang pernah saya temukan sepanjang penelitian saya membandingkan perilaku wirausahawan yang "sangat berhasil" dan yang "rata-rata" dan menemukan bahwa wirausahawan yang paling berhasil belum tentu lebih percaya diri,  gigih atau luas pengetahuannya. Kunci perbedaan ada pada kualitas m mereka.

Wirausahawan yang paling berhasil adalah mereka yang paling teguh untuk mencapai tujuan jangka panjang yang bermakna dalam bagi mereka.  Sejalan dengan itu,  mereka cenderung lebih sistematis dalam cara mereka mencari kesempatan-kesempatan baru, mengetahui lebih dulu rintangan yang akan datang,  memantau hasil dan membuat rencana ke depan. Mereka lebih peduli pada kualitas dan efisiensi dan lebih punya komitmen terhadap orang-orang yang mereka karyakan dan libatkan dalam usaha atau sebagai mitra. Akhirnya, mereka lebih menghargai pertimbangan jangka panjang di atas perolehan jangka pendek.

 (david C. McClelland, “ Carateristics of succesfull Enterpreneura”, journal of Creative behavior, 21, 1987: hal 219)

  • Kesediaan Memperbaiki diri

Karena motivasinya, wirausahawan yang sangat berhasil bersifat sangat siap memperbaiki diri. Ini nampak sebagai hal kecil, tetapi tidak dapat dinyatakan berlebihan. Adalah secara alamiah sulit bagi kereta api untuk berbalik arah ketika sudah meninggalkan stasiun di perlukan kombinasi kekerasan kepala, kerendahan hati, dan keberanian untuk berhenti dan berkata, "Ini tidak berhasil" atau "Asumsi kita salah,"  teristimewa ketika pendanaan Anda tergantung pada pelaksanaan rencana telah ditetapkan sebelumnya yang.

Namun, kecenderungan wirausahawan untuk memperbaiki diri berasal dari kelekatan kepada tujuan ketimbang kepada pendekatan atau rencana tertentu. Sebagai contoh,  ketika Veronica Khosa tahu bahwa orang-orang Mamelodi tidak akan menerima Tateni Home Care sebagai pelayanan khusus AIDS,  ia tidak buang waktu banyak untuk mengarahkan kembali organisasi itu sebagai suatu pelayanan rawat rumah umum. Ketika JB. Schramm melihat bahwa College Summit perlu berkembang secara lebih sistematis agar mencapai dampak yang berarti,  ia meminta maaf dan menarik programnya dari sejumlah negara bagian.

  • Kesediaan Berbagi Pujian

Telah dikatakan bahwa tidak ada batas terhadap apa yang anda dapat capai jika anda tidak peduli siapa yang memperoleh pujian. Bagi para wirausahawan,  suatu kesediaan pujian terletak sepanjang “jalan krits” menuju sukses, semata-mata karena semakin banyak pujian yang di baginnya, akan makin bannyak orang yang secara khas akan membantu mereka. Tetapi kualitas ini, seperti kesediaan untuk memperbaiki diri.. tumbuh dari ini, juga tumbuh dari motivasi. Jika niat sejati seorang wirausahawan  sungguh semata-mata membuat perubahan terjadi, maka berbagai pujian akan muncul dengan sendirinya. Namun, jika niat sejatinya adalah untuk mendapatkan pengakuankarena telah membuat perubahan terjadi, berbagi pujian munngkin akan bertentangan dengan niat tersebut.

  • Kesediaan melepaskan diri dari setruktur mapan

 Para wirausahawan sosial kadang-kadang dapat ditemukan di kalangan pemerintah dan akademia,  meskipun struktur insentif dan kendala kelembagaannya berlaku sebagai penghambat Siklus pemilu dua hingga empat tahun sekali dan tuntutan publikasi yang terus-menerus merupakan rintangan yang tidak diundang bagi orang orang yang berorientasi tindakan dengan horizon waktu beberapa dasawarsa.

Ini tidak bermaksud mengatakan bahwa pemerintah dan perguruan tinggi tidak memainkan peran penting dalam pembaharuan sosial.  Bidang kredit mengubah dunia mikro tidak dapat berkembang begitu pesat jika gagasan itu tidak didanai,  dipelajari,  dan disebarluaskan oleh pemerintah dan perguruan tinggi di seluruh dunia. namun, wirausahawan sosial yang memulai gagasan- gagasannya ketika masih mengajar di pergururan tinggi-Muhammad Yunus dan Jeroo Billimoria, contohnya, biasanya keluar dari dunia akademis untuk membangun organisasi-organisasi mereka; dalam melakukan hal itu, mereka sering menanggung risiko keuangan dan profesional yang besar. Apa yang mereka peroleh adalah kebebasan bertindak dan jarak untuk melihat lebih jauh dari ortodoksi yang ada di dalam bidang mereka masing-masing. Ini menentukan karena semua pembaharuan mengandaikan kemampuan memisahkan diri dari masa lampau

  • Kesediaan menyebrang batas batas disiplim

Berhadapan dengan masalah keutuhan tadi,  para wirausahawan sosial siap menyeberang batas-batas disiplin,  mengumpulkan orang dari berbagai latar belakang,  dengan jenisjenis pengalaman dan keahlian yang berbeda,  yang dapat,  secara bersama-sama,  membangun solusi solusi yang secara kuualitatif baru dan dapat dilaksanakan.

 Ashoka,  misalnya,  mulai dengan menerapkan konsep dunia usaha yang sudah dimengerti baik untuk tujuan-tujuan sosial. Childline menghubungkan anak-anak jalanan,kelompok-kelompok warga,  duniausaha,dan pemerintah. Hasilnya adalah suatu jejaring yang berjangkauan luas,  nama kegiatan yang dikenal luas pengetahuan lapangan,  dan pengaruh

"Peramuan kreatif" pada pihak wirausahawan sosial mungkin merupakan tanggapan intuitif terhadap fragmentasi dan spesialisasi berlebihan dalam masyarakat industrial modern. Sebagaimana telah ditunjukkan masing-masing Renascer, Childline,  dan College Summit,  orang memiliki kebutuhan yang utuh,  dan masalah-masalah mereka tidak dapat dipecahkan kecuali banyak pihak bekerja sama secara cerdas.  Kenyataan ini mungkin menjelaskan mengapa begitu banyak wirausahawan sosial dapat ditemukan sekarang sedang memadukan fungsi fungsi yang kalau tidak,  akan tetap saling tidak berhubungan.

  • Kesediaan Bekerja Diam-Diam

Banyak wirausahawan sosial menghabiskan Waktu beberapa dasawarsa dengan mantap memajukan gagasan-gagasannya, mempengaruhi orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil atau Satu demi Satu, Dan kadang luar biasa sulitnya memahami atau mengukur dampaknya. Seringkali mereka menjadi dikenal hanya setelah bertahun-tahun bekerja dalam kesendirian dan sedikit bannyak terabaikan.

 (Amelia M Gummnre, The Sekarang Jersey, Dalam The Quaker di heamerican Colonics ed Rutus M Jones, London: Maomilan, 1911. 397)

  • Dorongan Moral yang Kuat

Wirausahawan,  sebagaimana diamati oleh Joseph A.Schumpeter,  tidak termotivasi oleh keuntungan, tetapi oleh keinginan untuk mendirikan suatu dinasti pribadi, keinginan untuk menang dalam pertempuran persaingan, dan kesenangan dalam mencipta. Jika demikian, apa yang membedakan wirausahawan sosial dari wirausahawan dunia usaha?

 Dengan pertanyaan ini, kita sampai pada dasar fondasi kewirausahaan sosial: etika. Tidaklah mungkin membicarakan wirausahawan sosial tanpa mempertimbangkan kualitas etik dari motivasi mereka: mengapa-nya. Pada akhirnya, wirausahawan sosial dan wirausahawan dunia usaha merupakan binatang yang sangat mirip.  Mereka berpikir tentang masalah dalam cara yang sama. Mereka mengajukan pertanyaan yang sama. bukanlah Perbedaannya pada watak atau kemampuan, tetapi pada hakikat visi mereka. Dirumuskan dalam satu pertanyaan: Apakah sang wirausahawan itu bercitacita membangun perusahaan sepatu olah raga terbesar di dunia atau memvaksinasi semua anak- anak di dunia? 

(Jean Monnet,  Memoirs,  New York Doubledayand Co,1978, hal 229)

(Ibid,519.)

(Bornstein David. 2006.mengubah dunia kewirausahaan soial dan kekuatan gagasan baru.yogyakarta.INSISPres nuraini Dunia.)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun