Mohon tunggu...
Ari Syarifudin
Ari Syarifudin Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Reader,Writer book, Biker, Traveller, Web developer, twitter:@syarifudin

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Piala Dunia, Gempita Afsel Vs Kasus Gayus

15 Juni 2010   03:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:32 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_167455" align="alignright" width="300" caption="Gayus Tambunan/Admin (Kompas)"][/caption] Bak kipas angin yang dikipas saat tubuh kepanasan, kasus Century mendapat pertolongan alih isu.   Gak usah capek-capek  siaran pers, masyarakat sudah mulai melupakan sejenak  kasus Gayus sembari menghitung-hitung tim idamannya.  Untuk sementara biarkan Bapak SD, termehek-mehek di ruangan kotak prodeo. Siapa yang peduli.  Selama tim jagoan bisa tampil berlaga di lapangan, untuk sementara semua lupa kasus Gayus. Mungkin kini bapak SD sang blower peluit sedang terduduk sendiri dalam ruang prodeonya. Dunia prodeonya tidak segegap gempita PD di Afsel. Maaf Pak SD, kami lupakan dulu sejenak peperanganmu melawan antek-antek Gayus, kami sedang menikmati hidangan piala dunia Afsel yang  gratis. Untuk sementara, layar kaca kami sudah hilang gambarmu. Yang kini muncul adalah talkshow, prediksi, hingar bingar nobar, dan serentetan aksi massal memeriahkan PD 2010.   Untuk sementara juga, televisi kehilangan momen yang telah  Bapak ciptakan.   Karena di DPR, para selebritis itu sedang ramai membicarakan tim  favoritnya yang akan berlaga. Maaf, pak SD, kini kami sedang membicarakan tim  favorit yang bakal juara.  Bagi para fans dan supporter akan marah dan kesal bila tim idaman sudah mental di babak penyisihan.  Untuk sementara babak penyisihan masih panjang. Masih ada waktu sebulan untuk melihat tim idaman meraih juara.  Cukup waktu sebulan untuk melupakan kasusmu. Maaf, pak SD. Kami tak bisa berbuat apa-apa.  Kami hanya bisa duduk manis di depan tipi sambil menikmati cemilan kacang dan teh manis.  Sesekali kami teriak-teriak  dan memaki-maki tim kami.  Sesekali kami juga tak sadar menendang membayangkan menjadi pemain striker saat pertandingan.  Maaf pak SD, acara itu bisa membius kami.  Tapi kami tak bisa menolak atau menerima.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun