[caption id="attachment_167455" align="alignright" width="300" caption="Gayus Tambunan/Admin (Kompas)"][/caption] Bak kipas angin yang dikipas saat tubuh kepanasan, kasus Century mendapat pertolongan alih isu.  Gak usah capek-capek siaran pers, masyarakat sudah mulai melupakan sejenak kasus Gayus sembari menghitung-hitung tim idamannya. Untuk sementara biarkan Bapak SD, termehek-mehek di ruangan kotak prodeo. Siapa yang peduli. Selama tim jagoan bisa tampil berlaga di lapangan, untuk sementara semua lupa kasus Gayus. Mungkin kini bapak SD sang blower peluit sedang terduduk sendiri dalam ruang prodeonya. Dunia prodeonya tidak segegap gempita PD di Afsel. Maaf Pak SD, kami lupakan dulu sejenak peperanganmu melawan antek-antek Gayus, kami sedang menikmati hidangan piala dunia Afsel yang gratis. Untuk sementara, layar kaca kami sudah hilang gambarmu. Yang kini muncul adalah talkshow, prediksi, hingar bingar nobar, dan serentetan aksi massal memeriahkan PD 2010.  Untuk sementara juga, televisi kehilangan momen yang telah Bapak ciptakan.  Karena di DPR, para selebritis itu sedang ramai membicarakan tim favoritnya yang akan berlaga. Maaf, pak SD, kini kami sedang membicarakan tim favorit yang bakal juara. Bagi para fans dan supporter akan marah dan kesal bila tim idaman sudah mental di babak penyisihan. Untuk sementara babak penyisihan masih panjang. Masih ada waktu sebulan untuk melihat tim idaman meraih juara. Cukup waktu sebulan untuk melupakan kasusmu. Maaf, pak SD. Kami tak bisa berbuat apa-apa. Kami hanya bisa duduk manis di depan tipi sambil menikmati cemilan kacang dan teh manis. Sesekali kami teriak-teriak dan memaki-maki tim kami. Sesekali kami juga tak sadar menendang membayangkan menjadi pemain striker saat pertandingan. Maaf pak SD, acara itu bisa membius kami. Tapi kami tak bisa menolak atau menerima.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H