Namun, Muhammadiyah mengambil jalur yang berbeda. Organisasi ini cenderung menjauh dari tradisi sufisme dan lebih mengedepankan pendekatan rasional serta modern dalam memahami Islam. Karena itu, komunitas Arab Hadramaut yang mendukung tradisi Habib tidak banyak terlibat dalam gerakan Muhammadiyah.
4. Tidak Ada Habib dalam Struktur Muhammadiyah
Salah satu alasan utama ketiadaan Habib dalam Muhammadiyah adalah struktur organisasi yang lebih demokratis dan terbuka. Dalam Muhammadiyah, jabatan atau posisi kepemimpinan tidak ditentukan oleh nasab atau keturunan, melainkan oleh kompetensi, pengetahuan agama, dan kontribusi terhadap organisasi.
Muhammadiyah juga tidak mengenal konsep wali atau guru mursyid sebagaimana dalam tradisi tarekat. Sebagai gantinya, Muhammadiyah menekankan pentingnya pendidikan formal dan pemahaman agama melalui ijtihad. Dengan pendekatan ini, sosok Habib tidak memiliki ruang khusus dalam struktur Muhammadiyah karena tidak sesuai dengan prinsip egaliter yang dipegang teguh oleh organisasi.
5. Keraguan atas Validitas Gelar Habib
Kritik terhadap gelar Habib tidak hanya datang dari Muhammadiyah, tetapi juga dari berbagai pihak yang mempertanyakan keabsahan klaim garis keturunan tersebut. Beberapa poin penting terkait keraguan ini adalah:
Ketiadaan Bukti Sejarah yang Kuat: Tidak ada dokumen historis yang secara tegas dapat membuktikan bahwa seluruh Habib yang ada saat ini benar-benar merupakan keturunan langsung Nabi Muhammad SAW. Sebagian besar klaim ini hanya didasarkan pada catatan keluarga yang diwariskan secara turun-temurun.
Peran Tradisi Lisan: Banyak silsilah Habib yang didasarkan pada tradisi lisan, yang rentan terhadap distorsi dan manipulasi. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang akurasi klaim tersebut.
Komersialisasi Gelar: Di beberapa kasus, gelar Habib juga dianggap sebagai simbol sosial yang dapat digunakan untuk kepentingan tertentu. Fenomena ini semakin memperkuat skeptisisme terhadap validitas klaim mereka.
Dalam konteks ini, Muhammadiyah melihat bahwa penghormatan berlebihan kepada individu berdasarkan gelar yang tidak dapat dibuktikan secara sah dapat menyebabkan ketimpangan dalam masyarakat Islam.
6. Egalitarianisme dalam Islam Versi Muhammadiyah