Kedua, adanya permasalah mengenai tenaga tenaga kerja yang terlibat dalam usaha kerajinan alat tenun bukan mesin (ATBM) di Desa Pedamaran VI saat ini. Di mana berdasar hasil wawancara awal, usia tenaga kerja pengrajin berada pada tingkat umur relatif tua  di atas usia menjelang lanjut 65 tahun. Umumnya mereka ini adalah para pengrajin lama yang rata-rata generasi putus sekolah dengan pendidikan SD, saat di daerah Pedamaran belum ada sekolah SMP atau SMA Negeri. Sedangkan, generasi muda saat ini di Kecamatan Pedamaran di usia 16-25 tahun banyak yang menempuh pendidikan Sarjana dan kurang memiliki warisan keahlian membuat dan mengolah alat tenun bukan mesin (ATBM) sehingga saat ini ada keterancaman kehilangan para pelaku pengrajin alat tenun bukan mesin (ATBM) saat ini.
Selain itu, ada anggapan untuk membuat alat tenun bukan mesin (ATBM) ini cenderung mahal memerlukan biaya puluhan juta rupiah. Seperti kajian Antoni et al. (2023) yang lebih disebabkan biasanya para pengrajin dari berbagai daerah harus membelinya di Kota Palembang atau luar Kota Palembang. Padahal sebenarnya untuk membuat alat tenun bukan mesin (ATBM) tidak memerlukan biaya sebesar itu. Adanya anggapan-anggapan sebagai pekerjaan tidak tetap sehingga cenderung kurang keprofesionalan, kehilangan pewarisan pada generasi muda, dan profesi pengrajin alat tenun bukan mesin (ATBM) bukan pekerjaan yang menjanjikan menyebabkan kerajinan ATBM di Kecamatan Pedamaran mengalami keterancampunahan di masa depan. Oleh sebabnya berdasar pengamatan awal Tim Pengabdian, perlu mengada introduksi Pelatihan Perancangan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) untuk Pembuatan Songket Marga Danau dalam Meningkatkan Ekonomi Kreatif Masyarakat Pedesaan di Desa Pedamaran VI, Kecamatan Pedamaran, Kabupaten OKI perlu dilakukan yang bertalian juga dengan usaha menghidupkan kembali tenun songket Marga Danau di Kecamatan Pedamaran, eks Marga Danau.