Mohon tunggu...
Syari Fani
Syari Fani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Surabaya

Seorang ibu rumah tangga yang suka menuliskan pengalaman keseharian di https://keluargamulyana.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bukti Nyata Danone AQUA Serius Garap Circular Economy di Indonesia

8 September 2019   19:23 Diperbarui: 8 September 2019   19:29 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang ada di benakmu bila mendengar tentang "plastik" ?

Bagiku, plastik merupakan bahan yang tahan air, tahan lama, ringan, mudah diperoleh dan ekonomis. Oleh sebab itu, wajar beragam produk saat ini dihasilkan dari bahan baku plastik. Coba tengok benda di sekitarmu, mulai dari botol minum, wadah makan, mainan anak-anak, kipas angin, pelindung gawai, tempat sampah, lemari semuanya terbuat dari plastik.

Di balik semua manfaatnya, ternyata pengolahan sampah plastik belum sepenuhnya diiringi dengan semangat bijak berplastik meskipun upaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle) terus digaungkan. Menurut Jenna Jambeck setiap tahunnya 3,2 juta ton sampah plastik di Indonesia tak terkelola. Sekitar 0,48-1,29 juta ton diantaranya mencemari laut. Sementara menurut Sustainable Waste Indonesia, di Indonesia hanya 9% sampah plastik yang didaur ulang. Lalu sisanya 91% sampah plastik dikemanakan?

Apakah mencari bahan alternatif lain yang memiliki tingkat daur ulang lebih tinggi seperti kaca, aluminium ataupun timah lebih efektif mengurangi sampah plastik ? Jawabannya, "belum tentu".

Hasil riset dari Trucost menyebutkan, kemasan plastik masih paling efisien bila dibandingkan dengan bahan alternatif lainnya.
Hal ini dilihat dari segi dampak terhadap lingkungan, kesehatan manusia, ekosistem, perubahan iklim dan kerusakan laut. Tanpa plastik, berat kemasan dapat meningkat sebanyak 400% sehingga dapat menyebabkan biaya produksi dan energi menjadi berlipat ganda, serta pemborosan bahan juga meningkat sebesar 150%.

Lalu dengan kebutuhan kita akan plastik, apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir dampak dari sampah plastik?.

Salah satu solusi yang bisa diterapkan saat ini yaitu dengan cara mengubah sistem produksi dan penggunaan kemasan plastik itu sendiri. Penggunaan plastik per-kapita Eropa saat ini lebih banyak dari Asia. Namun, Asia merupakan penghasil polusi sampah terbesar di dunia. Mengapa? Karena Eropa menerapkan circular economy sehingga berhasil mendaur ulang 53% sampah plastik yang mereka hasilkan.

Circular economy sebagai solusi mengurangi sampah plastik di Indonesia

Sebelum membahas lebih jauh tentang bagaimana cara kerja circular economy ala Danone AQUA untuk Mengurangi Sampah Plastik di Indonesia, bagaimana bila membahas lebih dulu tentang apa itu circular economy?.  

Menurut Yayasan Ellen MacArthur, Ekonomi sirkular atau sering disebut sebagai "sirkularitas" adalah sistem ekonomi yang bertujuan menghilangkan limbah dan penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.

Sistem sirkular menggunakan daur ulang , memakai kembali remanufaktur dan perbaikan untuk membuat sistem tertutup, meminimalkan penggunaan input sumber daya dan penciptaan limbah.

Pendekatan regeneratif ini berbeda dengan ekonomi linear tradisional, yang memiliki model produksi 'ambil, buat, buang'.

Mekanisme kerjanya berasal dari produk sisa hasil konsumsi sampah yang kemudian dikumpulkan dan diproses untuk dikembalikan pada proses awal sehingga membentuk suatu sistem yang berkelanjutan. 

Bahan baku yang digunakan didesain untuk bersifat restoratif sehingga dapat dimanfaatkan  berulang. Inilah yang disebut dengan circular economy, sistem yang menerapkan sistem berkelanjutan alami bumi yaitu siklus organik pada sistem produksi.

Kemudian bagaimana penerapan circular economy untuk plastik?. Prinsipnya sederhana, yaitu penerapan sistem agar kemasan plastik tak berakhir sebagai sampah. Walaupun sudah terpakai, plastik masih punya nilai ekonomi dan bisa menjadi bahan baku untuk produk baru.

Produk daur ulang plastik pun beragam, contohnya seperti tas daur ulang yang dipakai oleh Ibu Menteri Susi Pudjiastuti. Dengan demikian siklus hidup kemasan botol plastik tak berhenti setelah menjadi kemasan produk air minum, melainkan bisa digunakan secara terus menerus, asal tak dibuang sembarangan.


Merasa terpanggil untuk mendukung circular economy, Danone AQUA telah berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan dalam pengelolaan sampah untuk memastikan botol kemasan bekas bisa terkumpul. 

Danone AQUA berkomitmen mengambil kembali lebih banyak plastik dari yang telah terpakai pada 2025 untuk mendukung keberlangsungan circular economy.

Circular Economy ala Danone AQUA  

Foto : Dok pri
Foto : Dok pri
Hari ketiga Danone Blogger Academy 2019 kami diajak mengunjungi Bali PET yang berlokasi di Desa Kesiman Kertangu, Denpasar Timur, Bali. Bali PET merupakan Recycling Business Unit (RBU) yang diinisiasi dan didampingi oleh Danone AQUA sejak 2010. Hingga saat ini RBU telah ada di empat kota yaitu Bali, Bandung, Jakarta dan Lombok.

Dulunya Bali PET merupakan tempat pengumpulan, pemilahan dan pencacahan sampah botol plastik PET (Polyethylene terephthalate) yang didirikan oleh Bapak Wirajaya Putra. Hasil botol PET yang sudah dicacah ditampung oleh rekanan kerja yaitu PT. Namasindo Plas di Bandung.

Seiring berkembangnya Bali PET, kini  tak hanya fokus pada pengolahan sampah botol plastik saja. Bali PET juga memperhatikan kualitas kesehatan para pemulung selaku pemasok sampah botol plastik di Bali PET dengan memberi kemudahan mendapat fasilitas BPJS kesehatan.

Program kesehatan ini bekerjasama dengan Yayasan Dompet Sosial Madani. Para pemulung membayar mandiri fasilitas BPJS kesehatan yang diperoleh dari hasil mengumpulkan bank sampah di Bali PET.    

Foto : Dok pri
Foto : Dok pri
Adapun prosedur pengolahan sampah botol plastik di Bali PET sebagai berikut :

1. Setelah sampah botol plastik datang di Bali PET lalu ditimbang. Sampah yang ditimbang harus dipisahkan antara warna bening, biru muda dan warna. Setelah ditimbang lalu dihitung jumlah karungnya dan ditulis nama pengepulnya dan dicatat di buku pengepul.
2. Proses sortir barang. Barang yang disortir harus dipisahkan antara PET putih dan biru muda. Barang yang disortir tak ada label, ring, segel, noda oli, dan lain sebagainya.
3. Proses giling dan pencucian.
4. Selesai di giling lalu di packing dan ditimbang
5. Proses pembuatan bijih plastik RPET
6. Menghasilkan botol plastik PET baru yang mengandung bijih plastik RPET. Dikemas menjadi kemasan AQUA Life.

AQUA Life 100% dari plastik daur ulang dan dapat didaur ulang

Hari pertama Danone Blogger Academy 2019, saya langsung disuguhi AQUA Life. Berbeda dari botol AQUA yang pernah saya temui, di kemasan AQUA Life tertulis 100% plastik daur ulang, inovasi botol pertama di Indonesia.

Rasa penasaran saya pada AQUA Life di hari pertama kedatangan akhirnya terjawab waktu berkunjung ke Bali PET.

Perbedaan botol plastik biasa dengan botol plastik AQUA Life terletak pada bahan bakunya. Botol plastik biasa terbuat dari minyak bumi yang dimurnikan menjadi bijih plastik (pellet), yang selanjutnya dilelehkan dan dicetak menjadi botol plastik PET.
Sedangkan botol plastik AQUA Life dihasilkan dari teknologi bottle to bottle yaitu daur ulang sampah botol plastik menjadi botol baru yang ditandai dengan huruf R di depan RPET yang artinya Recycle.

Kemasan AQUA Life sudah dijual di Coco Mart Bali. Foto : Dok pri
Kemasan AQUA Life sudah dijual di Coco Mart Bali. Foto : Dok pri
Setelah dari Bali PET kami diajak melihat drop box yang tersedia di Coco Mart Batu Bulan. Drop box dibuat agar memudahkan pengumpulan botol plastik dari pengunjung Coco Mart dan masyarakat sekitar yang nantinya akan dibawa ke Bali PET.
Dalam pengelolaan drop box, Danone AQUA menggandeng Coco Mart dan Eco Bali.

Sayangnya sampai saat ini produk AQUA Life dan drop boxnya hanya tersedia di wilayah Bali dan Jakarta. Padahal program ini bisa meningkatkan kesadaran masyarakat umum akan circular economy supaya lebih bijak berplastik serta tak membuang sampah botol plastik di sembarang tempat agar bisa didaur ulang menjadi barang bernilai ekonomis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun