Pendekatan regeneratif ini berbeda dengan ekonomi linear tradisional, yang memiliki model produksi 'ambil, buat, buang'.
Mekanisme kerjanya berasal dari produk sisa hasil konsumsi sampah yang kemudian dikumpulkan dan diproses untuk dikembalikan pada proses awal sehingga membentuk suatu sistem yang berkelanjutan.Â
Bahan baku yang digunakan didesain untuk bersifat restoratif sehingga dapat dimanfaatkan  berulang. Inilah yang disebut dengan circular economy, sistem yang menerapkan sistem berkelanjutan alami bumi yaitu siklus organik pada sistem produksi.
Kemudian bagaimana penerapan circular economy untuk plastik?. Prinsipnya sederhana, yaitu penerapan sistem agar kemasan plastik tak berakhir sebagai sampah. Walaupun sudah terpakai, plastik masih punya nilai ekonomi dan bisa menjadi bahan baku untuk produk baru.
Produk daur ulang plastik pun beragam, contohnya seperti tas daur ulang yang dipakai oleh Ibu Menteri Susi Pudjiastuti. Dengan demikian siklus hidup kemasan botol plastik tak berhenti setelah menjadi kemasan produk air minum, melainkan bisa digunakan secara terus menerus, asal tak dibuang sembarangan.
Merasa terpanggil untuk mendukung circular economy, Danone AQUA telah berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan dalam pengelolaan sampah untuk memastikan botol kemasan bekas bisa terkumpul.Â
Danone AQUA berkomitmen mengambil kembali lebih banyak plastik dari yang telah terpakai pada 2025 untuk mendukung keberlangsungan circular economy.
Circular Economy ala Danone AQUA Â
Dulunya Bali PET merupakan tempat pengumpulan, pemilahan dan pencacahan sampah botol plastik PET (Polyethylene terephthalate) yang didirikan oleh Bapak Wirajaya Putra. Hasil botol PET yang sudah dicacah ditampung oleh rekanan kerja yaitu PT. Namasindo Plas di Bandung.
Seiring berkembangnya Bali PET, kini  tak hanya fokus pada pengolahan sampah botol plastik saja. Bali PET juga memperhatikan kualitas kesehatan para pemulung selaku pemasok sampah botol plastik di Bali PET dengan memberi kemudahan mendapat fasilitas BPJS kesehatan.