Siapa sih yang mau jika harus diekspose? Apa lagi dengan ketakberdayaan??
Dan terbukti adanya dalam sebuah mini serial Genflix berjudul Asya Story. Melihat judul mini serial tersebut, membuka mata dan tertunduk untuk segera membuka telepon genggam dan mengunduh aplikasi streaming Genflix. Aplikasi Genflix ini sangat variatif untuk bisa subscribe premium.Â
Minimal harga subscribe untuk jadi aplikasi Genflix premium yaitu Rp. 5.000,- . Dan ku subscribe melalui transfer pulsa simpati. selain simpati bisa juga melalui operator lain semisal 3, Indosat, XL bahkan bisa juga dengan uang elektronik dana. Sangat mudah.
Film dengan mencari kekhasan sisi feminisme mulai marak. Dan sudah tidak asing lagi dengan gaya pengadeganan baik dalam film hingga mini serial Asya Story ini. Mudah ditebak jalan cerita bahkan akhir cerita.
Film ini memang hasil adaptasi dari novel di Wattpad dengan banyaknya jumlah pembaca. Namun, pengadeganan mini serial ini cukup baik.
Karena namanya mini serial tentu waktu tayang singkat yaitu hanya 10-an menit per episode. Dan serialnya juga cukup singkat yaitu hanya sampai di 6 episode.
Ya, Asya Story memang sebuah film dengan tema kekerasan seksual, dan bullying terhadap fisik juga kerap terjadi di suatu sekolah. Asya ini mengalami hal tersebut.
Dengan kurang harmonisnya Asya dalam keluarga, hingga membawanya menjadi pendiam saat di sekolah. Asya yang memiliki dua orang teman yang juga sahabatnya, kerap pula terlihat Asya masih pendiam. Dan sisi ini membuat penonton gregetan untuk bisa kenghadirkan sisi lain dari Asya.
Asya yang enggan pulang cepat ke rumah, membuatnya bertahan dalam studio musik di sekolahnya. Naas menimpanya. Asya bertemu seniornya bernama Alex.
Alex yang juga mengalami broken home di rumahnya mulai tertarik dengan Asya. Alex yang juga sudah ternoda otaknya karena sering mabuk di bar pada malam hari. Alex pun menodai Asya. Alex memperkosa Asya.
Asya tak berdaya di kala Alex menodai kesucian Asya. Di sisi lain Fano datang ke studio musik dan tak menolong Asya sedikitpun. Batin saya selaku perempuan pun kesal ke Fano, ada kejanggalan mengapa Fano membiarkan hal tersebut terjadi di ruang studio musik di sekolah. Padahal, justru Fano bisa menormalkan Alex selaku sahabatnya untuk tidak melakukan hal keji tersebut.
Ya, agak aneh sih filmnya. Dan Bullying pun terjadi kembali kepada Asya. Asya dipermalukan sendiri oleh orang tuanya di sekolahnya. Asya yang sedang trauma dan berbadan dua, harus menanggung malu.
Asya pun tak berdaya, di kala ditanya siapa yang menghamilinya. Asya yang trauma akibat sikap Alex yang mengancam akan membunuhnya.
Wah, hampir saja emosi saya memuncak melihat film penindasan terhadap kaum wanita ini. Namun, ujung film justru kebijaksanaan orang tua Fanonpun hadir. Orang tua Fano bersedia untuk menikahkan Fano dan Asya. Fano pun hanya terpukul untuk peristiwa tersebut dan bersedia menikahi Asya untuk menghormati derajat Asya selaku wanita.
Tapi rasa ini belum begitu sreg di kala Film ini kok pengumbaran wanita secara mudah saja. Namun, rasa dan daya nalar serasa mini serial Asya Story sebaiknya dilanjutkan untuk memberikan pesan makna yang lebih baik lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H