Mohon tunggu...
Syarifah Rufaida
Syarifah Rufaida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

الأشياء العظيمۃ لا تأتي بسهولۃ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kultur Santri sebagai Pembendung Intoleransi

27 September 2021   15:52 Diperbarui: 27 September 2021   16:07 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan  negara yang memiliki keberagaman, baik  suku, ras, budaya, maupun agama. Berdasarkan Penetapan Presiden RI Nomor 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama,  agama yang diakui di Indonesia ada 6 yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius).  Sebagai warga Indonesia sudah seyogyanya memiliki sikap menerima dan menghargai keberagaman  tersebut. Sikap seperti ini popular dengan sebutan Toleransi.

Kata Intoleransi berasal dari dua kata yaitu "In" yang artinya "tidak, bukan" dan kata "Toleransi" yang memilik arti sifat atau sikap toleran. Toleransi bisa bermakna suatu sikap sebagai  alat ukur penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan, penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja. Toleransi sendiri didefinisikan sebagai "bersifat atau bersikap menenggang pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Sedangkan Intoleransi beragama ialah suatu kondisi dimana suatu kelompok secara spesifik menolak untuk menoleransi praktik-praktik, para penganut, atau kepercayaan yang berlandaskan agama.

Santri adalah sebuah label yang disandangkan pada sekelompok  orang yang  menetap pada sebuah pondok yang dikhususkan untuk belajar banyak pengetahua agama. Sebagai seorang santri sudah menjadi pembiasaan sehari-hari mengaplikasikan sikap toleransi, hal ini bertujuan untuk mengimbangi realita yang ada di lingkungan pesantren  mulai dari latar belakang kultur atau budaya yang cukup heterogen. 

Ambil contoh dalam satu bilik atau kamar dalam pesantren terdapat banyak berbedaan mulai dari watak dan  kepribadian, hobi atau selera makan termasuk dalam pola berpakaian dan lain- lain. Semua ini tentunya memerlukan pengertian dan pemakluman. Para santri diharapkan mampu menerapkan  sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari  agar kehidupan di  pesantren berlangsung  rukun dan harmonis. Harapannya ketika para santri sudah kembali ke kampung halaman kelak meraka tidak akan bimbang  dengan realita masyarakat yang pruralistis  karena sudah dibekali pembiasaan terpuji dari  pesantren.

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Pulau Jawa. Pesantren merupakan wadah untuk mendidik dan menuntut ilmu agama dalam rangka mendidik seseorang  agar berkepribadian yang Islami sesuai syariat. Pesantren berasal dari bahasa Tamil yang bermakna guru mengaji atau berasal dari kata "Shastri" dari kata "Shastra" yang bermakna buku-buku suci, buku-buku agama atau ilmu tentang pengetahuan. 

Dapat disimpulkan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan konvensional yang sejak awal berdirinya hingga saat ini telah banyak mengalami perubahan dan telah berperan besar bagi Indonesia. Julukan sebagai negara dengan pemeluk agama Islam terbesar tidak lain juga didukung oleh kehadiran pesantren yang sejak lama menjadi pendidikan konvensional di Indonesia.

Menurut KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), pola pendidikan pesantren tidak hanya seputar cara beribadah kepada Tuhan semata atau hablu minallah, namun juga mengkaji perihal hubungan manusia dengan manusia lainnya (hablu minannas) salah satunya perihal toleransi. 

Sementara itu, pesantren bukan hanya sebagai pusat kehidupan rohani dan prinsip hidup yang berorientasi pada masalah akhirat atau ibadah kepada Tuhan semata. Namun pada dasarnya materi-materi agama yang terealisasikan oleh fikih, tauhid dan lainnya telah banyak menggambarkan tentang urusan sosial masyarakat dan persoalan-persoalan dunia yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pada akhirnya, stigma keilmuan agama yang terkesan hanya berorientasi ukhrowi, pada dasarnya telah mempresentasikan urusan duniawi.

 

Toleransi dalam Perspektif Islam

Islam mengakui bahwa Allah menciptakan manusia sekaligus dengan pluralismenya, banyak manusia yang tidak menyadari ketika dihadapkan pada suatu perbedaan. Alhasil tidak sedikit manusia yang mengklaim dirinya lebih baik dari manusia lainnya. Dalam QS. Al-Maidah: 48 disebutkan bahwa 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun