Mohon tunggu...
Syarifah Ratu Siti Khalillah
Syarifah Ratu Siti Khalillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator,Publik Speaker,Mahasiswi IAI Al - Muslim Aceh

Founder akun Instagram @habibahquotes_78 Duta Pelajar Kreatif Indonesia 2024 Batch 1 Brand Ambassador @pejuangmasukptn | Campus Ambassador @popliteofficial '3

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan di Zaman Kini: Fokus Pada Kepintaran, Mengabaikan Pembentukan Karakter

24 November 2024   13:05 Diperbarui: 24 November 2024   13:07 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa waktu terakhir, sistem pendidikan di Indonesia semakin terfokus pada aspek akademik dan pencapaian nilai semata. Kurikulum yang terus-menerus berganti dan materi pelajaran yang semakin padat telah menyebabkan sekolah-sekolah lebih mengutamakan "kepintaran" daripada pembentukan karakter dan akhlak mulia bagi para peserta didik.

Fenomena ini tampak dari berbagai indikator, di antaranya:

  • Persaingan akademik yang semakin ketat

    Sekolah-sekolah berlomba-lomba meningkatkan nilai ujian dan peringkat akademik siswa, sehingga hampir seluruh waktu dan energi siswa dihabiskan untuk menghapal rumus, menghafal materi, dan berlatih soal-soal. Pembentukan karakter dan pengembangan potensi non-akademik terabaikan.
  • Minimnya porsi pendidikan agama dan budi pekerti

Jam pelajaran untuk mata pelajaran di sekolah seperti Pendidikan Agama, Pendidikan Budi Pekerti, dan Pendidikan Kewarganegaraan semakin berkurang. Padahal mata pelajaran ini sangat penting dalam membentuk moralitas dan kepribadian yang baik.

  • Orientasi orang tua dan masyarakat

Banyak orang tua dan masyarakat yang hanya menilai keberhasilan anak dari sisi akademik, seperti nilai rapor, peringkat, atau penerimaan di perguruan tinggi ternama. Mereka kurang memperhatikan aspek pembentukan karakter, kepribadian, dan kecerdasan emosional.

Kondisi ini sungguh memprihatinkan . Generasi yang cerdas secara intelektual tetapi miskin secara spiritual dan emosional akan lahir melalui pendidikan yang hanya berfokus pada pertumbuhan intelektual tanpa memperhatikan karakter dan akhlak .

Diperlukan paradigma baru dalam dunia pendidikan, di mana sekolah tidak hanya mencetak siswa yang pandai secara akademik, tetapi juga memiliki kepribadian yang luhur, sikap yang santun, dan akhlak yang mulia. Keseimbangan antara kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual harus menjadi tujuan utama dalam sistem pendidikan masa kini.

Hanya dengan cara ini, Indonesia dapat melahirkan generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter kuat, berakhlak mulia, dan mampu membawa bangsa ini menuju kemajuan yang berkelanjutan.

Lalu bagaimana peran anak muda dalam menyikapi hal tersebut?

1. Menjadi contoh teladan

Sebagai generasi penerus, anak muda dapat menjadi teladan dengan menunjukkan kemampuan akademik yang baik sekaligus memiliki akhlak dan kepribadian yang luhur. Sehingga mereka dapat menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional/spiritual dapat berjalan selaras.

2. Aktif dalam kegiatan pengembangan diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun