Mohon tunggu...
Syarifah Jamilah
Syarifah Jamilah Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

Pecinta retorika

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Keterbatasan Akses Pupuk Berpotensi Picu Kerawanan Pangan di Kecamatan Tumpang

5 Agustus 2024   23:08 Diperbarui: 6 Agustus 2024   06:47 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malang - Petani di Desa Malangsuko, Kecamatan Tumpang, kembali menyuarakan keluhan terkait sulitnya mendapatkan pupuk subsidi, khususnya pupuk urea. Masalah distribusi yang tidak merata dan praktik-praktik yang merugikan petani membuat mereka kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pupuk untuk tanaman mereka.

Kecamatan Tumpang, yang terletak di kaki Gunung semeru, dikenal sebagai daerah pertanian subur. Kondisi geografisnya yang mendukung menjadikan wilayah ini potensial untuk berbagai jenis tanaman, termasuk padi dan jeruk. Namun, potensi tersebut terhambat oleh permasalahan keterbatasan akses pupuk yang dapat memicu kerawanan pangan.

Penelitian Kolaborasi UM Ungkap Tantangan

Salah satu hasil penelitian kolaborasi Universitas Negeri Malang (UM) yang tengah mendalami dinamika perilaku petani marjinal di Kecamatan Tumpang semakin menguatkan temuan di lapangan. Penelitian ini mengungkap bahwa ketidakmerataan distribusi pupuk dan harga yang tinggi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas petani, terutama petani padi.

Menurut hasil survey, petani padi cukup bergantung pada pupuk urea. Hal ini diperparah oleh keterbatasan akses dan harga yang mahal, sehingga menyulitkan mereka untuk mendapatkan pupuk dalam jumlah yang cukup dan dengan harga yang terjangkau.

Permasalahan yang dihadapi petani di Kecamatan Tumpang sangat relevan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) nomor 2, yaitu yang berfokus pada mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang lebih baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan. Dalam hal ini pupuk pertanian memiliki peran yang sangat krusial dalam mencapai tujuan SDGs 2.

Pupuk Kandang Jadi Alternatif

Menyikapi adanya keterbatasan akses keterjangkauan pupuk, banyak petani jeruk di desa Malangsuko Kecamatan Tumpang yang memilih untuk memanfaatkan pupuk kandang sebagai alternatif. Pupuk kandang dinilai lebih ramah lingkungan dan dapat meningkatkan kualitas tanah. Namun, untuk tanaman padi, pupuk urea masih menjadi pilihan utama karena kandungan nitrogennya yang tinggi.

Dampak terhadap Produktivitas

Kondisi ini berpotensi menurunkan produktivitas petani di desa Malangsuko. Kurangnya ketersediaan pupuk yang berkualitas dan terjangkau dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan mengurangi hasil panen. Hal ini tentu saja berdampak pada pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Harapan dan Tuntutan

Para petani berharap pemerintah daerah dan pihak terkait dapat segera mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan distribusi pupuk. Mereka menuntut adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap penyaluran pupuk subsidi agar tidak terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan.

Solusi yang Dibutuhkan

Dalam upaya mengatasi permasalahan ini, beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan antara lain:

  • Peningkatan pengawasan distribusi: Pemerintah perlu memperkuat pengawasan terhadap penyaluran pupuk subsidi agar tidak terjadi penyimpangan.
  • Transparansi harga: Pemerintah perlu menetapkan harga pupuk subsidi yang jelas dan transparan agar petani tidak dirugikan.
  • Pengembangan alternatif pupuk: Pemerintah perlu mendorong pengembangan alternatif pupuk yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
  • Penguatan kelembagaan petani: Pemerintah perlu memperkuat kelembagaan petani agar mereka dapat bernegosiasi dengan lebih baik dengan pihak terkait.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun