Ketika sampai di puncak pertama, mereka mendirikan tenda. Mereka bermalam di sana, sebelum paginya nanti akan naik ke puncak menyambut sunrise. Dan di camp tenda inilah, ternyata kesombongannya muncul kembali. Ketika kawan-kawannya beranjak istirahat, Gatra justru bermain api unggun sampai menjelang pagi. Bahkan kepada kawan-kawannya dia sempat menyindir, "Masak naik gunung repot-repot hanya untuk tidur."
Dan peristiwa puncaknya adalah keesokan harinya. Ketika kawan-kawan Gatra bangun, mereka segera berkemas dan berangkat ke puncak. Kembali, peristiwa aneh di awal perjalanan kemarin, terasa kembali. Mungkin karena kurang istirahat, kaki terasa lemas, perut sakit, dan kepala nyut-nyutan pening bukan kepalang. "Saat itu aku merasa seperti tengah dihajar oleh Tuhan."
Gatra meminta kawan-kawannya duluan menuju puncak ketika tinggal beberapa puluh meter lagi sampai. Dia merebahkan badannya yang berkeringat dingin, perutnya mengejang, dan kakinya kaku. "Aku mencoba untuk tidur sejenak. Dan dalam hatiku bilang, ya Allah sampaikan aku ke puncak Merbabu." Sambil terus berucap ampun, Gatra akhirnya dapat tertidur sejenak.
Tidak lebih dari sepuluh menit, Gatra bangun dan beranjak menuju puncak. Ternyata kawan-kawannya yang lain, masih dengan sabar menunggunya tidak terlalu jauh dari tempatnya tertidur. Akhirnya mereka sampai ke puncak, namun matahari sudah lumayan tinggi. Mereka terpaksa melewatkan sunrise di puncak.
Gatra hanya terduduk di balik gundukan tanah menghadap selatan. Gunung Merapi dengan asapnya yang hitam menyadarkannya untuk berubah. Sambil diisapnya rokok kretek yang dibawanya, Gatra menghitung ulang perjalanan seluruhnya sebelum sampai puncak saat itu. Dan inilah butir-butir hikmah yang dia ambil dari pengadilan yang Allah putuskan baginya di Puncak Merbabu.
"Jika kau ingin menguji imanmu, salah satunya adalah dengan naik gunung. Saat gelap, di tengah hutan, tidak ada yang bisa kau andalkan selain keyakinan. Keyakinan akan keamanan dari hewan buas, makhluk halus, sampai keyakinan akan keamanan dari kejahatan kawan-kawan seperjalaanmu. Namun jangan lupa, juga dari kejahatan dirimu sendiri. Karena Tuhan tidak pernah tidur. Sehingga seorang yang tidak berubah sepulang dari naik gunung. Maka dia hanya memperoleh kelelahan fisik dan kenikmatan mata semata."
Di akhir ceritanya, PESANTREND bertanya, apakah saudara Gatra akan naik gunung Merbabu lagi, dia hanya menjawab diplomatis, "Naik gunung akan selalu menarik dan baru, meski kita lakukan berulang-ulang, bahkan untuk gunung yang sama sekalipun." Ungkapnya dengan tersenyum. (Syarif)
*Artikel ini pernah dipublikasikan di Majalah PesanTrend Edisi 5 tahun I, Oktober 2009, dengan Judul "Pengadilan Di Puncak Merbabu"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H