Dari sini, mari kita kembali pada masalah inti, bahwa perliku amaupun larangan yang kita anggap berbau mitos, mari kita rasionalisasikan, menyebandingkan dengan hukum alam atau sunnatullah. Karena pada dasarnya ada maksud dibalik setiap perintah dan larangan yang diberikan, sehingga kita tidak terjebak pada kesyirikan, karena mendasarkan perbuatan kepada hukum-hukum Allah yang niscaya terjadi.
Bagaimana itu dikaitkan kepada mahluk halus? Tidak semua orang bisa melihat dan memahami duni mahluk halus, namun kita harus mengimani bahwa dunia seperti itu ada. Sehingga ketika ada larangan-larangan tertentu yang dikaitkan dengan dunia gaib, sebaiknya kita hati-hati.Â
Misalkan kita dilarang menebang pohon sembarangan, perlu ubo rampe atau prasarat yang harus disediakan, sikap kita sebaiknya adalah melihat itu sebagai sebuah etika semata, sebagai tata pergaulan yang tidak sepenuhnya kita pahami dengan para mahluk Allah. Jangan dipandang sebagai bentuk ketakutan kita kepada mahluk-mahluk gaib tersebut, yang akan mendatangkan madharat atau bahaya.
Allah sendiri memperingatkan, bahwa ketakutan kepada selain diriNya adalah dilarang, dan termasuk dalam salah satu bentuk syrik. "Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman" (Q.S. Ali Imran: 175).
Akhirnya, jangan mau kita menjadi orang yang rugi besar dengan menyekutukan Allah hanya karena tidak mampu kita memandang sesuatu dengan proporsional. Allah adalah diatas segala-galanya, sedangkan yang lain, adalah bergerak sebagaimana Allah kehendaki. Sehingga tidak sewajarnya jika kita menyamakan Allah dengan selain diriNya.
Dengan sikap rasional yang kita pegang, tidak perlu lagi hawatir dengan peringatan ora ilok dan ancaman kualat, karena semuanya berada dalam kendali Allah SWT. Jangan pernah bermain-main dengan syirik, Allah berfirman, "Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan" (Q.S. Al-An'aam: 88). Jika amal kita sudah tidak dinilai apa-apa, lantas apa yang dapat kita andalkan?
Semoga kita bisa terhindar dari terbolak-baliknya hati karena ketakutan maupun karena rayuan dan godaan. (Syarif)
*Artikel pernah dipublikasikan dalam majalah PesanTrend Edisi 6 tahun I, Nop 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI