Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Perlu Ganti Pemain atau Ganti Pemimpin?

24 Mei 2020   02:47 Diperbarui: 24 Mei 2020   02:49 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika alasan dasarnya, adalah profesionalitas, mestinya si pemimpin itu sendiri bisa menyadari, dan baiknya mengundurkan diri. Sebagaimana sering dalam permainan bola, seorang pemain yang tiba-tiba terkena cidera, dengan kebesaran hati, mereka akan menyatakan ganti kepada pelatihnya, demi efektifitas permainan. Jika dia memaksa untuk bermain, dapat dibayangkan apa yang akan terjadi. Ketidak-efektifan dan sebuah pemborosan tenaga.

Resfuffle pemimpin seringkali menemui kesulitan. Hal ini dikarenakan tidak adanya kesadaran dan kesepahaman siapa menentukan siapa. Pemimpin menentukan anak buah atau anak buah menentukan pemimpin. Jika dalam shalat, apakah seorang imam akan menentukan anak buahnya, siapa saja yang boleh makmum dengan dirinya, ataukah makmum yang menentukan imamnya. Siapa yang memiliki kapasitas bacaan dan keilmuan, dia yang memimpin. 

Dan jika imam kentut di tengah shalat ya, hak makmum untuk menggantinya. Jangan imamnya malah ndableg tak mau turun. Lha wong wis ngentut kok ijih pingin dadi imam!

Memimpin itu kan tidak mudah alias sulit. Makanya orang-orang yang dipimpin dengan penuh kesadaran memberikan beberapa fasilitas untuk mempermudah tugas si pemimpin. Tapi karena sudah berjalan lama dan terus menerus, maka fasilitas yang diberikan kepada pemimpin sebagai sarana mempermudah cenderung di bakukan. 

Bagaimanapun kondisi masyarakat, fasilitas pemimpin ya segitu itu. Seperti apapun kinerja pemimpin, ya jatahnya segitu itu. Akhirnya terjadi pembalikan nalar, bukan lagi pemimpin yang dibantu dengan fasilitas penunjang, tetapi fasilitas yang justru menentukan kinerja pemimpin. Pemimpin yang tadinya berterimakasih atas fasilitas bantuan dari masyarakat, saat ini justru mereka marah dan menuntut jika fasilitas itu tidak sesuai dengan keperluan. Lho, ini mau memimpin apa merampok too...? Di reshuffle saja! 

Syarif_Enha@Jogja_2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun