Jika kita menilik kembali tiga motivasi tersebut, berada di manakah puasa kita selama ini? Jangan sampai salah sangka. Allah begitu pemurah dan penuh rahmat bagi semua, apalagi pada manusia yang melakukan laku prihatin.Â
Jangan heran jika orang yang berpuasa dalam hitungan tertentu bisa benar-benar kebal bacok, usahanya bisa saja maju pesat, jodohnya menjadi dekat dan mengkilat, pahala dan surga kemudian juga dia dapat.Â
Semua itu adalah wujud kemurahan dan rahmat Allah kepada hamba-hamba Beliau yang bersungguh dalam usahanya. Namun mari merenungi, kenikmatan apa, keindahan macam mana yang tidak terbandingkan kecuali mendapatkan keridloan dari Sang Maha Segala. Adakah perbandingan dari kualitas Cinta Allah kepada seorang hamba?Â
Jika Allah menjadi tujuan kita, semua akan Beliau fasilitasi dan anugerahkan, namun jika kita berhenti pada daftar permintaan dan tujuan selain Diri Beliau, maka hanya itulah yang mungkin akan diberikan. Barang siapa yang mencukpkan diri kepada Allah, maka Allah lah yang memenuhi segala kebutuhannya.
Marilah, jadikan puasa kita murni kita persembahkan kepada Allah. Dalam Al Qur'an Surat Al Kahfi ayat yang terakhir jelas di sana: "maka barang siapa yang mengharapkan bersitatap dengan Robb-nya, maka berlakulah yang salih dan jangan sekali-kali menyekutukan atau mensebandingkan Allah dengan sesuatu apapun saja!" (Syarif _enha@Nitikan, 2014)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H