Mohon tunggu...
Syarif Pirus
Syarif Pirus Mohon Tunggu... Insinyur - Profesional Telekomunikasi

Profesional telekomunikasi | Traveller | Pemerhati dunia parenting | Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Emotional Bonding", Belajar dari Keluarga Nabi Ibrahim

10 Agustus 2019   08:13 Diperbarui: 11 Agustus 2019   06:05 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : parentnial.com

Misalnya disaat dia sedih atau disaat dia butuh pujian karena prestasinya. Orang tua dapat menjadi teman bermain yang baik dan ikut menyelami imajinasi anak. Ungkapan verbal, sentuhan, belaian, kecupan  kasih sayang dapat menjadi sarana efektif dalam membangun emotional bonding.

Kembali pada kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, bukankah intensitas kebersamaan keduanya sangat minim ? lalu bagaimana Nabi Ibrahim membangun  emotional bonding dengan anaknya ? 

Nah, inilah hebatnya sosok ayah bernama Ibrahim yang perlu ditiru. Ini tak lepas dari kemampuan beliau dalam menghadirkan kualitas interaksi ayah dan anak dalam intensitas yang sangat terbatas. 

Selain itu adanya peran serta sang istri, Siti Hajar, dalam proses pengasuhan Ismail untuk senantiasa menghadirkan gambaran sosok ayah yang baik dalam imajinasi anaknya melalui bahasa verbal. Walaupun jauh, sosok ayah itu senantiasa terasa dekat.

Betapa dewasa ini tak sedikit keluarga yang mengalami krisis ikatan emosi antara orang tua dan anak. Apakah itu karena sang ayah yang bekerja jauh di luar kota, atau karena ayah dan ibu sibuk bekerja sehingga anak dibawah pengasuhan baby sitter atau pembantu rumah tangga. Masalah ini berakibat pada lahirnya generasi muda atau remaja yang turut menyumbang problem sosial.

Oleh karena itu membangun emotional bonding tak bisa dianggap sepele oleh para orang  tua. Karena nantinya hal ini yang akan menjaga anak kita kelak dalam pergaulan sosial mereka saat kita orang tua tak berada disisinya. 

Emotional bonding yang kuat akan membuat anak-anak senantiasa mengingat-ingat kembali  nasehat, teguran, atau pun larangan yang pernah disampaikan kepada mereka, kemudian ada rasa tanggung  jawab mereka untuk menjaga nama baik keluarga sebagai bentuk rasa sayang mereka ke orang tuanya. Intinya mereka kelak akan menjadi pribadi-pribadi dewasa, matang, dan bertanggung jawab. Itu !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun