Mohon tunggu...
Syarif Pirus
Syarif Pirus Mohon Tunggu... Insinyur - Profesional Telekomunikasi

Profesional telekomunikasi | Traveller | Pemerhati dunia parenting | Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Emotional Bonding", Belajar dari Keluarga Nabi Ibrahim

10 Agustus 2019   08:13 Diperbarui: 11 Agustus 2019   06:05 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : parentnial.com

Istrinya menjawab, "Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami." Lalu Ibrahim bertanya lagi, "Bagaimana keadaan kalian?" Dia bertanya kepada istrinya Ismail tentang kehidupan dan keadaan hidup mereka. Istrinya menjawab, "Kami selalu dalam keadaan baik-baik saja dan cukup." 

Istri Ismail juga tak lupa memuji Allah. Ibrahim bertanya, "Apa makanan kalian?" Istri Ismail menjawab, "Daging." Ibrahim bertanya lagi, "Apa minuman kalian? Istri Ismail menjawab, "Air." Maka Ibrahim berdoa, "Ya Allah, berkahilah mereka dalam daging dan air mereka."

Ibrahim selanjutnya berkata, "Jika nanti suamimu datang, sampaikan salam dariku kepadanya dan perintahkanlah dia agar memperkokoh palang pintu rumahnya."

Ketika Ismail datang, dia berkata, "Apakah ada orang yang datang kepadamu?" Istrinya menjawab, "Ya. Tadi ada orang tua dengan penampilan sangat baik datang ke rumah kita. 

Dia bertanya kepadaku tentang kamu, maka aku terangkan lalu dia bertanya kepadaku tentang keadaan hidup kita, maka aku jawab bahwa aku dalam keadaan baik." Ismail bertanya, "Apakah orang itu memberi pesan kepadamu tentang sesuatu?" Istrinya menjawab, "Ya." 

Dia memerintahkan aku agar aku menyampaikan salam darinya kepadamu dan berpesan agar kamu mempertahankan palang pintu rumahmu." Ismail berkata, "Dialah ayahku dan palang pintu yang dimaksud adalah kamu. Dia memerintahkanku untuk mempertahankan kamu."

Inilah sepenggal kisah antara ayah dan anak, Ibrahim dan Ismail. Yang kedua-duanya adalah sosok Nabi. Yang menarik dari kisah ini adalah betapa Nabi Ismail sangat mengenal bahwa sosok orang tua yang menemui dan berbicara dengan istrinya yang tak sempat bertatap muka dengannya adalah ayahnya sendiri. 

Walaupun sudah lama tak jumpa dan berinteraksi dengan ayahnya, tapi Nabi Ismail yakin kalau orang tua itu adalah ayahnya dari diksi "palang pintu" yang digunakan ibrahim saat beliau menitipkan nasihat melalui istrinya. 

Ini menandakan bahwa Ismail memiliki keterikatan emosi yang kuat dengan ayahnya, Dan atas dasar ini pula ia yakin untuk mengambil keputusan penting menceraikan istrinya. Keterikatan emosi ini yang dalam dunia parenting dikenal dengan istilah em0tional bonding.

Emotional bonding merupakan ikatan emosional atau ikatan hati antara orang tua dan anak yang menjadi  "jembatan" tak kasat mata penghubung hati orangtua dengan hati anak-anaknya. Tanpa adanya ikatan ini, maka setiap pesan dari orangtua yang berupa nasehat, teguran, ataupun larangan tidak akan bisa sampai ke dalam hati anak.

Sejatinya emotional bonding ini dibangun sejak anak masih dalam kandungan, kemudian berlanjut pada fase pengikatan di usia 0-2 tahun. Adapun usia diatas 2 tahun membangun ikatan hati dapat dilakukan dengan memanfaatkan golden moment, yakni suatu situasi dimana anak sangat membutuhkan hadirnya kita sebagai orang tua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun