Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Banyak Pekerja Tidak Paham, Pentingnya Edukasi dan Digitalisasi Dana Pensiun di Indonesia

25 Desember 2024   20:53 Diperbarui: 25 Desember 2024   20:53 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengandalkan dana pensiun dari kantor? (Sumber: Pribadi)

Abstrak

Banyak pekerja tidak memahami pentingnya dana pensiun. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan data dan informasi pemahaman pekerja di Jakarta tentang dana pensiun. Instrumen yang digunakan meliputi kuesioner dan analisis isi. Dapat diismpulkan 89% pekerja belum punya dana pensiun dan hanya 11% pekerja yang sudah punya dana pensiun. Ada 80% pekerja tidak mengandalkan dana pensiun dari tempatnya bekerja, hanya 20% pekerja yang berharap mendapat dana pensiun dari tempatnya bekerja. Kondisi ini dapat disebabkan oleh 1) ketidak-tahuan tentang dana pensiun, 2) ketidaktersediaan dana untuk mengikuti dana pensiun, atau 3) tidak tersedianya akses untuk membeli dana pensiun. Ada potensi dana pensiun dikembangkan menyasar pekerja secara individual (bukan semata-mata karena perusahaan). Untuk dapat meningkatkan kepesertaan dana pensiun dikalangan pekerja, maka dua faktor penting yang harus ditingkatkan yaitu 1) edukasi secara berkelanjutan dan 2) ketersediaan akses digital untuk memiliki dana pensiun.

Kata kunci: Edukasi, Digitalisasi, Dana Pensiun.

PENDAHULUAN

       Banyak orang tidak memahami manfaat dana pensiun. Sekalipun dana pensiun di Indonesia ada sejak tahun 1992, namun hanya sedikit pekerja atau masyarakat yang memiliki dana pensiun.  Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan OJK menyebutkan tingkat inklusi dana pensiun di Indonesia hanya 5,42%, sedangkan tingkat literasi dana pensiun berada di 30,46% (2022). Dibandingkan jasa keuangan lainnya, tingkat inklusi dana pensiun tergolong masih rendah.

       Realitas hari ini, 9 dari 10 pekerja di Indonesia tidak siap pensiun, sedangkan 7 dari 10 pensiunan di Indonesia pun mengalami masalah keuangan (bila tidak mau disebut jatuh miskin). Semuanya terjadi akibat tidak adanya persiapan untuk masa pensiun. Tidak mau menabung untuk hari tua saat masih bekerja. Kondisi ini cukup mengenaskan. Biaya hidup dari tahun ke tahun semakin meningkat, namun persiapan masa pensiun sering kali diabaikan. 

       Besarnya pasar angkatan kerja di Indonesia yang mencapai 152 juta pekerja tidak berbanding lurus dengan tingkat kepesertaan program pensiun wajib dan dana pensiun sukarela yang hanya 18,87% dari total angkatan kerja. Apalagi tingkat kepesertaan dana pensiun yang dikelola swasta (dana pensiun sukarela) relatif sangat kecil, hanya mencapai 3,8 juta orang atau 5% dari total pekerja formal. Rendahnya angka kepesertaan dana pensiun jadi bukti kurangnya edukasi dan kemudahan akses dana pensiun bagi Masyarakat.

       Salah satu manfaat utama dari dana pensiun adalah memberikan kemandirian finansial saat pensiun. Dengan adanya dana pensiun yang cukup, pensiunan tidak perlu bergantung pada anak atau kerabat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, dana pensiun berperan penting dalam memastikan kestabilan finansial seseorang di masa pensiun. Saat tidak bekerja lagi dan tidak punya gaji lagi, maka dana pensiun bisa jadi sumber penghasilan utama. Tersedianya dana untukmemenuhi biaya hidup sehari-hari, kebutuhan kesehatan, dan pengeluaran lainnya di saat pensiun. Selain untuk memenuhi kebutuhan finansial di masa tua ketika seseorang tidak lagi produktif secara ekonomi, dana pensiun dapat dijadikan sumber dana pembangunan nasional yang berkelanjutan, di samping borpotensi memiliki hasil investasi yang optimal selama menjadi peserta.

       Tapi masalahnya, saat ini dana pensiun di Indonesia dihadapkan pada tantangan yang besar. Satu, edukasi yang rendah dan tidak berkelanjutan. Banyak pekerja tidak tahu manfaat dana pensiun dan kurangnya informasi untuk mengajak menjadi peserta dana pensiun dan apa keuntunganya. Kedua, tidak tersedianya akses digital untuk membeli dana pensiun. Aplikasi digital yang sangat memudahkan pekerja untuk memiliki dana pensiun belum ada. Oleh karena itu, upaya meningkatkan edukasi dan akses digital dana pensiun bagi pekerja dan masyarakat menjadi penting untuk direalisasikan.

       Atas latar belakang di atas, dibutuhkan informasi dan analisis lebih mendalam tentang tingkat kepemilikan dana pensiun pekerja di Indonesia. Survei ini dilakukan untuk mengetahui tingkat partisipasi dana pensiun di kalangan pekerja formal dan informal di Jakarta, di samping memetakan pentingnya edukasid an akses digital dana pensiun untuk meningkatkan tingkat kepesertaan dana pensiun secara sukarela (bukan program pensiun wajib). Survei ini juga dapat menjadi evaluasi dan masukan terhadap industri dana pensiun dalam menentukan strategi untuk melalukan penetrasi pasar dana pensiun yang masih sangat terbuka dan memiliki potensi besar.

KAJIAN TEORETIK

       Dana pensiun merupakan salah satu perencanaan keuangan yang sering kali diabaikan oleh banyak orang. Orientasi dana pensiun adalah hari tua. Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun (Pasal 134 UU No. 4/2023). Dengan demikian, dana pensiun dapat dinyatakan sebagai program yang dirancang untuk mempersiapkan keberlanjutan penghasilan saat masa pensiun atau hari tua.

       Secara umum, dana pensiun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan finansial di masa tua, ketika seseorang tidak lagi produktif secara ekonomi. Dana pensiun memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seseorang, terutama ketika memasuki masa pensiun. Tidak hanya sebagai jaminan penghasilan, fungsi dana pensiun juga berpengaruh terhadap perlindungan dan kenyamanan finansial. Setidaknya ada lima fungsi dana pensiun, yaitu: 1) menjamin penghasilan di masa pensiun, 2) pengelolaan investasi yang aman, 2) perlindungan terhadap risiko finansial, 4) distribusi kekayaan yang terencana, dan 5) pengurangan beban ketergantungan pada keluarga (smbci.com, 2024).

       Perwujudan dana pensiun adalak keikutsertaaan seseorang dalam program pensiun. Program Pensiun adalah setiap program yang mengupayakan Manfaat Pensiun bagi peserta (POJK No. 27/2023). Program pensiun yang ada saat ini dapat berbentuk: 1) Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) sebagai program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam peratran dana pensiun dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya dibukukan pada rekening masing- masing peserta sebagai Manfaat Pensiun dan 2) Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) sebagai program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun atau Program Pensiun lain yang bukan merupakan PPIP.

       Dana pensiun dinyatakan sejumlah uang yang dikumpulkan secara bertahap selama masa kerja aktif seseorang dan digunakan sebagai sumber pendapatan ketika pensiun.  Program pensiun penting bagi pekerja karena dapat memberikan kesinambungan penghasilan di hari tua. Tanpa program pensiun, dapat dipastikan setiap pekerja tidak memiliki dana yang cukup untuk membiayai kehidupannnya sendiri. Dari sisi perusahaan, program pensiun dibutuhkan untuk membayar imbalan pasacakerja, baik akibat pekerjanya pensiun, meninggal dunia atau di-PHK (Syarif Yunus, Kompasiana.com, 2024).

       Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan dana pensiun memberikan manfaat utama kepada pekerja yang terdiri dari 1) adanya pendanaan yang pasti di masa pensiun, 2) adanya hasil investasi yang optimal selama menjadi peserta, dan 3) adanya insnetif pajak saat manfaat pensiun dibayarkan kepada peserta. Dengagn begitu, seharusnya dana pensiun menjadi pilihan pekerja dalam mempersiapkan masa pensiun yang lebih layak.

       Tapi dalam kenyataaannya, perkembangan dana pensiun di Indonesia tergolong lambat. Belum banyak pekerja di Indonesia yang memiliki dana pensiun. Angkatan kerja di Indonesia yang mencapai 152 juta pekerja, hanya 5% yang memiliki dana pensiun. Karena itu, pensiunan di Indonesia berpotensi mengalami masalah keuangan di hari tua. Selain bergantung secara ekonomi pada anak-anaknya, pensiunan di Indonesia terpaksa bekerja lagi di usia tua atau mengalami stres dan gangguan kesehatan di masa pensiun. 

       Survei membuktikan, 1 dari 2 pensiunan di Indonesia bergantung pada transferan anaknya untuk bisa membiayai kehidupannya (ADB, 2024). Literatur lainnya menyebut 7 dari 10 pensiunan di Indonesia mengalami masalah keuangan di hari tua. Survei bertajuk Future of Retirement, Bridging the Gap (HSBC, 2018) menyebutkan 9 dari 10 pekerja di Indonesia tidak siap pensiun akibat tidak tersedianya dana yang cukup untuk hari tua.

       Rendahnya kepesertaaan dana pensiun, tentus bisa disebabkan banyak hal. Selain iuran yang rendah, faktor edukasi dan ketersediaan akses digital untuk memiliki dana pensiun juga masih sangat minim. Banyak pekerja tidak tahu apa pentingnya dana pensiun?, di samping tidak adanya kemudahan akses secara digital untuk memiliki dana pensiun. Edukasi dana pensiun menjadi sangat penting. Karena dengan edukasi dapatterjadi kegiatan atau usaha menyampaikan pesan akan pentingnya dana pensiun kepada masyarakat, kelompok, atau individu dengan harapan agar pengetahuannya tentang dana pensiun dapat lebih baik (Notoatmodjo, 2010). Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kesadaran untuk memperolah infomasi akan manfaat dana pensiun.

       Selain itu, akses digital dana pensiun seharusnya mendapat prioritas. Karena digitalisasi merupakan proses konversi dari analog ke digital dengan menggunakan teknologi dan data digital dengan sistem pengoeprasian otomatis dan sistem terkomputerisasi.  Menurut Brennen dan Kreiss (2016), digitalisasi yaitu meningkatnya ketersediaan data digital yang dimungkinkan oleh kemajuan dalam menciptakan, mentransfer, menyimpan, dan menganalisis data digital, dan memiliki potensi untuk menyusun, membentuk, dan mempengaruhi dunia kontemporer.

       Ekonomi digital dapat didefinisikan sebagai arena virtual di mana bisnis sebenarnya dilakukan, nilai diciptakan dan dipertukarkan, transaksi terjadi dan hubungan satu lawan satu dengan menggunakan inisiatif internet sebagai media pertukaran (Hartman, 2000). Upaya pemanfaatan teknologi digital oleh masyarakat diadopsi pula pada skala yang lebih besar, banyak yang bertumpu pada teknologi digital seperti: 1) pembuatan situs resmi,  2) pembuatan aplikasi pada ponsel pintar, dan 3) penggunaan transaksi dalam jaringan (daring). Melakui akses digital, dana pensiun memungkinkan mendapat kemudahan dan kepraktisan untuk diakses banyak orang dari mana man pun dan kapanpun, di samping untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi pasar global yang sangat dinamis.

METODOLOGI

       Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, untuk mengumpulkan data dari sekelompok orang dengan mengajukan pertanyaan. Tujuannya untuk mendapatkan informasi representatif dari populasi berkaitan dengan pemahaman pekerja tentang dana pensiun, di samping mendeskripsikan tingkat literasi dan inklusi dana pensiun di kalangan pekerja, responden penelitian ini terdiri dari 66 pekerja formal dan informal yang ada di Jakarta pada Desember 2024.  Adapun karakteristik utama pekerja yang menjadi responden adalah orang yang menerima upah atas hasil pekerjaannya tanpa membutuhkan keahlian khusus dan kompetensi yang spesifik, seperti guru, staf kantor, pegawai kontrak, dan pramuniaga, termasuk sektor informal. Pengumpulan data dilakukan dengan google-form yang disampaikan kepada responden untuk menjawab pertanyaan, di samping peneliti melakukan analisis terhadap gejala yang disajikan secara kualitatif.

PEMBAHASAN

       Pentingya edukasi dan akses digital dana pensiun, diawali dari pertanyaaan dalam penelitian ini, apakah Anda sudah punya program pensiun (selain JHT BPJS TK)? Hasilnya, 89% pekerja di Jakarta menjawab belum punya dana pensiun dan hanya 11% pekerja yang menjawab sudah punya dana pensiun. Responden yang belum dana pensiun dapat disebabkan oleh 1) ketidak-tahuan tentang dana pensiun, 2) ketidaktersediaan daan untuk mengikuti dana pensiun, atau 3) tidak tersedianya akses untuk membeli dana pensiun. Jawaban responden survei dana pensiun di kalangan pekerja ini sepertinya mengkonfirmasi tingkat inklusi dana pensiun sebesar 5,42% berdasarkan SNLIK OJK tahun 2022. Hasil survei dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

       Dari data survei yang terkumpul, diketahui usia responden berada di komposisi 70% di bawah usia 30 tahun dan 30% di antara 30-40 tahun dengan distribusi 85% di bekerja di sektor formal dan 15% di sektor informal yang berlokasi di Jakarta. Untuk pertanyaaan survei tentang "apakah Anda hanya mengandalkan dana pensiun dari tempat bekerja?". Maka hasilnya, 80% pekerja menjawab tidak dan 20% pekerja menjawab ya. Hal ini berarti, ada potensi dana pensiun dikembangkan menyasar pekerja secara individual (bukan semata-mata karena perusahaan). Oleh karena itu, faktor edukasi dan ketersediaan akses digital dana pensiun menjadi sangat penting.

Mengandalkan dana pensiun dari kantor? (Sumber: Pribadi)
Mengandalkan dana pensiun dari kantor? (Sumber: Pribadi)

       Survei ini menyiratkan bahwa manfaat dana pensiun belum diketahui para pekerja. Karena tingkat pengetahuan akan manfaat dana pensiun masih terbatas. Pekerja sektor formal saja masih banyak yang belum tahu, apalagi di sektor informal. Sudah pasti, tingkat kepesertaan dana pensiun masih tergolong rendah. Pengetahuan pekerja tentang dana pensiun adalah persoalan mendasar. Karena sebab tahu akan mampu mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk memiliki dana pensiun. Pengetahuan akan pentingnya dana pesniun menjadi faktor penting untuk meningkatkan pengambilan keputusan pekerja untuk merencanakan masa pensiunnya. Maka untuk mengubah dari tidak tahu jadi tahu harus dilakukan edukasi terus-menerus di kalangan pekerja, baik sebagai individu maupun pekerja suatu perusahaan.

       Mengacu pada hasil survei dana pensiun di kalangan pekerja, industri dana pensiun di Indonesia dihadapkan pada tantangan besar untuk meningkatkan kepesertaan dana pensiun dari seluruh pekerja di Indoneisa, baik sektor formal maupun informal. Oleh karena itu, setidaknya ada 5 (lima) prioritas utama pengembangan pasar dana pensiun yaitu:

1. Edukasi pentingnya dana pensiun secara berkelanjutan

2. Kemudahan akses untuk memiliki dana pensiun, utamanya bagi pekerja sektor informal.

3. Meningkatkan kualitas produk atau layanan dana pensiun yang ada

4. Memperluas jangkauan pemasaran melalui kolaborasi dengan jasa keuangan lainnya

5. Menyajikan cara baru dalam mempromosikan dana pensiun ke publik.

       Sangat penting masyarakat mengetahui lebih dalam tentang apa itu dana pensiun? Agar mengenal, mengetahui, dan menyadari pentingnya mempersiapkan hari tua atau masa pensiun sejak dini. Tentu saja, pengetahun masyarakat harus didukung oleh upaya edukasi yang massif dan berkelanjutan, di samping kemudahan akses membeli dana pensiun melalui digitalisasi. Edukasi dan kemudahan akses digital menjadi tantangan besar yang harus dipecahkan di industri dana pensiun di Indonesia.

       Edukasi dana pensiun menjadi pentind sebagai landasan masyarakat memahami pentingnya dana pensiun untuk menjaga kesinambungan penghasilan di masa tua, di saat tidak bekerja lagi. Tapi faktanya, pekerja dan masyarakat belum benar-benar paham tentang dana pensiun. Untuk tahu saja belum utuh, apalagi merasa butuh akan dana pensiun. Edukasi dana pensiun adalah agenda besar dana pesiun untuk mengkampanyekan pentingnya dana pensiun bagi pekerja dan generasi milenial. Hanya edukasi yang mampu mengubah persepsi publik dari tidak tahu menjadi tahu, lalu paham pentingnya dana pensiun. Bila sudah paham, maka harus didukung oleh "digitalisasi" sebagai sarana untuk memudahkan akses membeli dana pensiun.

       Selain itu, akses digital dana pensiun pun sangat penting. Karena digitalisasi dana pensiun merupakan jembatan yang dapat menghubungkan komunikasi masing-masing pemangku kepentingan di dana pensiun. Sebuah konversi proses dari manual ke digital, dari berkas -- dokumen ke online. Karena dengan digitalisasi, banyak hal yang bisa dioptimalkan dari proses bisnis dan layanan dana pensiun, termasuk informasi dan edukasi dana pensiun itu sendiri. Apalagi saat ini hampir semua bisnis sudah memprioritaskan digitalisasi, sebuah pengembangan bisnis dengan menggunakan basis data dan layanan digital.

       Digitalisasi dana pensiun semestinya dapat membantu beberapa bisnis proses dan pelayanan dana pensiun yang lebih berkualitas dan kompetitif. Mulai dari 1) pendaftaran peserta, 2) perubahan arahan investasi, 3) pengajuan pembayaran manfaat pensiun, 4) informasi laporan peserta (login), 5) pemetaan profil risiko peserta, 6) e-card kepesertaan, 7) penyediaan informasi investasi secara berkala, 8) edukasi dana pensiun, 9) progress pemasaran, dan 10) berbagai layanan administrasi kepesertaan dana pensiun lainnya. Sekalipun di awal berbiaya mahal, digitalisasi dana pensiun spiritnya adalah untuk menjadikan tata kelola dana pensiun lebih efisien dan efektif, di samping meningkatkan standar pelayanan kepada peserta.

       Masa pensiun yang sejahtera, tentu tidak akan pernah datang dengan sendirinya. Masa pensiun memag harus dipersiapkan. Siapapun, cepat atau lambat, pasti akan pensiun bila tiba waktunya. Sementara usia harapan hidup orang Indonesia saat ini sudah mencapai 72 tahun. Bila pensiun di 55 tahun, maka masih ada masa kehidupan selama 17 tahun di hari tua, di mana kondisinya tidak lagi punya gaji. Belum lagi, faktor biaya hidup yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Maka, dana pensiun pada akhirnya menjadi sebuah keniscayaan untuk pekerja.

       Sebagai penutup, survei dana pensiun bagi pekerja menegaskan akan pentingnya eduksi dan akses digital dana pensiun. Melalui dana pensiun, pekerja memiliki program yang menjanjikan manfaat pensiun sebagai kesinambungan finansial saat pensiun atau hari tua dan perusahaan dapat merealisasi komitmennya untuk memenuhi pembayaran  imbalan pascakerja (uang pesangon) pada waktunya. Dana pensiun, sangat membutuhkan edukasi dan akses digital. Dana pensiun bukan soal biaya tapi soal komitmen dan kesadaran untuk mempersiapkan hari tua.

SIMPULAN

Survei dana pensiun di kalangan pekerja di Jakarta menyimpulkan 89% pekerja belum punya dana pensiun dan hanya 11% pekerja yang sudah punya dana pensiun. Bahkan 80% pekerja tidak mengandalkan dana pensiun dari tempatnya bekerja, hanya 20% pekerja yang berharap mendapat dana pensiun dari tempatnya bekerja. Kondisi ini dapat disebabkan oleh 1) ketidak-tahuan tentang dana pensiun, 2) ketidaktersediaan dana untuk mengikuti dana pensiun, atau 3) tidak tersedianya akses untuk membeli dana pensiun. Ada potensi dana pensiun dikembangkan menyasar pekerja secara individual (bukan semata-mata karena perusahaan).

Untuk dapat meningkatkan kepesertaan dana pensiun dikalangan pekerja, maka dua faktor penting yang harus ditingkatkan yaitu 1) edukasi secara berkelanjutan dan 2) ketersediaan akses digital untuk memiliki dana pensiun.

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, Torben M. 2024. Pension reform and wealth inequality: Theory and evidence. European Economic Review Volume 165, June 2024, 104746.

Asian Development Bank. 2024. AGING WELL IN ASIA ASIAN DEVELOPMENT POLICY REPORT. DOI: http://dx.doi.org/10.22617/SGP240253-3.

Brennen, J. S., & Kreiss, D. 2016. Digitalization. The International Encyclopedia of Communication Theory and Philosophy, 1--11. doi:10.1002/9781118766804.wbiect111

Hartman, Amir. 2000. Net Ready-Strategies for Success in the. E-Economy. NewYork: McGraw Hill.

Herman Suryokumoro dan Hikmatul Ula. 2020. Koperasi Indonesia Dalam Era MEA Dan Digital Ekonomi. Malang: UB Press.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

HSBC. 2018. The Future of Retirement - Bridging the Gap.

OJK, 2023. POJK No. 27/2023 tentang Penyelenggaraaan Usaha Dana Pensiun. Jakarta.

Panetta, I. C. 2006. Financial Markets Trend: Ageing and Pension System Reform. MPRA Paper 18391. University Library of Munich, German.

Pemerintah Indonesia. Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan. Jakarta.

SMBCI. 2024. https://www.smbci.com/id/berita-media/blog/Keuangan/5-fungsi-dana-pensiun-yang-perlu-anda-ketahui

Yuliani, M. 2016. Manajemen Lembaga Keuangan Non Bank Dana Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah. Https://Medium.Com/, 221--240.

Yunus, Syarif. 2024. Ternyata, Tingkat Penghasilan Pensiun Pekerja Cuma 10% dari Gaji Terakhir. Diakses pada 20 Desember 2024, dari https://kumparan.com/syarif-yunus/ternyata-tingkat-penghasilan-pensiun-pekerja-cuma-10-dari-gaji-terakhir-22O74v82fdQ/2

Yunus, Syarif. 2024. Bila Edukasi dan Digitalisasi, Akumulasi Dana Pensiun Bisa 20 Persen dari PDB, Diakses pada 21 Desember 2024, dari https://kumparan.com/syarif-yunus/bila-edukasi-dan-digitalisasi-akumulasi-dana-pensiun-bisa-20-persen-dari-pdb-23S1RBxhIsP

Yunus, Syarif. 2024. Pentingnya Program Pensiun buat Pekerja dan Perusahaan. Diakses pada 22 Desember 2024, dari https://www.kompasiana.com/syarif1970/67362395ed641552fb75b6c2/pentingnya-program-pensiun-buat-pekerja-dan-perusahaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun