4. Memperluas jangkauan pemasaran melalui kolaborasi dengan jasa keuangan lainnya
5. Menyajikan cara baru dalam mempromosikan dana pensiun ke publik.
    Sangat penting masyarakat mengetahui lebih dalam tentang apa itu dana pensiun? Agar mengenal, mengetahui, dan menyadari pentingnya mempersiapkan hari tua atau masa pensiun sejak dini. Tentu saja, pengetahun masyarakat harus didukung oleh upaya edukasi yang massif dan berkelanjutan, di samping kemudahan akses membeli dana pensiun melalui digitalisasi. Edukasi dan kemudahan akses digital menjadi tantangan besar yang harus dipecahkan di industri dana pensiun di Indonesia.
    Edukasi dana pensiun menjadi pentind sebagai landasan masyarakat memahami pentingnya dana pensiun untuk menjaga kesinambungan penghasilan di masa tua, di saat tidak bekerja lagi. Tapi faktanya, pekerja dan masyarakat belum benar-benar paham tentang dana pensiun. Untuk tahu saja belum utuh, apalagi merasa butuh akan dana pensiun. Edukasi dana pensiun adalah agenda besar dana pesiun untuk mengkampanyekan pentingnya dana pensiun bagi pekerja dan generasi milenial. Hanya edukasi yang mampu mengubah persepsi publik dari tidak tahu menjadi tahu, lalu paham pentingnya dana pensiun. Bila sudah paham, maka harus didukung oleh "digitalisasi" sebagai sarana untuk memudahkan akses membeli dana pensiun.
    Selain itu, akses digital dana pensiun pun sangat penting. Karena digitalisasi dana pensiun merupakan jembatan yang dapat menghubungkan komunikasi masing-masing pemangku kepentingan di dana pensiun. Sebuah konversi proses dari manual ke digital, dari berkas -- dokumen ke online. Karena dengan digitalisasi, banyak hal yang bisa dioptimalkan dari proses bisnis dan layanan dana pensiun, termasuk informasi dan edukasi dana pensiun itu sendiri. Apalagi saat ini hampir semua bisnis sudah memprioritaskan digitalisasi, sebuah pengembangan bisnis dengan menggunakan basis data dan layanan digital.
    Digitalisasi dana pensiun semestinya dapat membantu beberapa bisnis proses dan pelayanan dana pensiun yang lebih berkualitas dan kompetitif. Mulai dari 1) pendaftaran peserta, 2) perubahan arahan investasi, 3) pengajuan pembayaran manfaat pensiun, 4) informasi laporan peserta (login), 5) pemetaan profil risiko peserta, 6) e-card kepesertaan, 7) penyediaan informasi investasi secara berkala, 8) edukasi dana pensiun, 9) progress pemasaran, dan 10) berbagai layanan administrasi kepesertaan dana pensiun lainnya. Sekalipun di awal berbiaya mahal, digitalisasi dana pensiun spiritnya adalah untuk menjadikan tata kelola dana pensiun lebih efisien dan efektif, di samping meningkatkan standar pelayanan kepada peserta.
    Masa pensiun yang sejahtera, tentu tidak akan pernah datang dengan sendirinya. Masa pensiun memag harus dipersiapkan. Siapapun, cepat atau lambat, pasti akan pensiun bila tiba waktunya. Sementara usia harapan hidup orang Indonesia saat ini sudah mencapai 72 tahun. Bila pensiun di 55 tahun, maka masih ada masa kehidupan selama 17 tahun di hari tua, di mana kondisinya tidak lagi punya gaji. Belum lagi, faktor biaya hidup yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Maka, dana pensiun pada akhirnya menjadi sebuah keniscayaan untuk pekerja.
    Sebagai penutup, survei dana pensiun bagi pekerja menegaskan akan pentingnya eduksi dan akses digital dana pensiun. Melalui dana pensiun, pekerja memiliki program yang menjanjikan manfaat pensiun sebagai kesinambungan finansial saat pensiun atau hari tua dan perusahaan dapat merealisasi komitmennya untuk memenuhi pembayaran  imbalan pascakerja (uang pesangon) pada waktunya. Dana pensiun, sangat membutuhkan edukasi dan akses digital. Dana pensiun bukan soal biaya tapi soal komitmen dan kesadaran untuk mempersiapkan hari tua.
SIMPULAN
Survei dana pensiun di kalangan pekerja di Jakarta menyimpulkan 89% pekerja belum punya dana pensiun dan hanya 11% pekerja yang sudah punya dana pensiun. Bahkan 80% pekerja tidak mengandalkan dana pensiun dari tempatnya bekerja, hanya 20% pekerja yang berharap mendapat dana pensiun dari tempatnya bekerja. Kondisi ini dapat disebabkan oleh 1) ketidak-tahuan tentang dana pensiun, 2) ketidaktersediaan dana untuk mengikuti dana pensiun, atau 3) tidak tersedianya akses untuk membeli dana pensiun. Ada potensi dana pensiun dikembangkan menyasar pekerja secara individual (bukan semata-mata karena perusahaan).
Untuk dapat meningkatkan kepesertaan dana pensiun dikalangan pekerja, maka dua faktor penting yang harus ditingkatkan yaitu 1) edukasi secara berkelanjutan dan 2) ketersediaan akses digital untuk memiliki dana pensiun.