Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, untuk mengumpulkan data dari sekelompok orang dengan mengajukan pertanyaan. Tujuannya untuk mendapatkan informasi representatif dari populasi berkaitan dengan pemahaman pekerja tentang dana pensiun, di samping mendeskripsikan tingkat literasi dan inklusi dana pensiun di kalangan pekerja, responden penelitian ini terdiri dari 66 pekerja formal dan informal yang ada di Jakarta pada Desember 2024.  Adapun karakteristik utama pekerja yang menjadi responden adalah orang yang menerima upah atas hasil pekerjaannya tanpa membutuhkan keahlian khusus dan kompetensi yang spesifik, seperti guru, staf kantor, pegawai kontrak, dan pramuniaga, termasuk sektor informal. Pengumpulan data dilakukan dengan google-form yang disampaikan kepada responden untuk menjawab pertanyaan, di samping peneliti melakukan analisis terhadap gejala yang disajikan secara kualitatif.
PEMBAHASAN
    Pentingya edukasi dan akses digital dana pensiun, diawali dari pertanyaaan dalam penelitian ini, apakah Anda sudah punya program pensiun (selain JHT BPJS TK)? Hasilnya, 89% pekerja di Jakarta menjawab belum punya dana pensiun dan hanya 11% pekerja yang menjawab sudah punya dana pensiun. Responden yang belum dana pensiun dapat disebabkan oleh 1) ketidak-tahuan tentang dana pensiun, 2) ketidaktersediaan daan untuk mengikuti dana pensiun, atau 3) tidak tersedianya akses untuk membeli dana pensiun. Jawaban responden survei dana pensiun di kalangan pekerja ini sepertinya mengkonfirmasi tingkat inklusi dana pensiun sebesar 5,42% berdasarkan SNLIK OJK tahun 2022. Hasil survei dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
    Dari data survei yang terkumpul, diketahui usia responden berada di komposisi 70% di bawah usia 30 tahun dan 30% di antara 30-40 tahun dengan distribusi 85% di bekerja di sektor formal dan 15% di sektor informal yang berlokasi di Jakarta. Untuk pertanyaaan survei tentang "apakah Anda hanya mengandalkan dana pensiun dari tempat bekerja?". Maka hasilnya, 80% pekerja menjawab tidak dan 20% pekerja menjawab ya. Hal ini berarti, ada potensi dana pensiun dikembangkan menyasar pekerja secara individual (bukan semata-mata karena perusahaan). Oleh karena itu, faktor edukasi dan ketersediaan akses digital dana pensiun menjadi sangat penting.
    Survei ini menyiratkan bahwa manfaat dana pensiun belum diketahui para pekerja. Karena tingkat pengetahuan akan manfaat dana pensiun masih terbatas. Pekerja sektor formal saja masih banyak yang belum tahu, apalagi di sektor informal. Sudah pasti, tingkat kepesertaan dana pensiun masih tergolong rendah. Pengetahuan pekerja tentang dana pensiun adalah persoalan mendasar. Karena sebab tahu akan mampu mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk memiliki dana pensiun. Pengetahuan akan pentingnya dana pesniun menjadi faktor penting untuk meningkatkan pengambilan keputusan pekerja untuk merencanakan masa pensiunnya. Maka untuk mengubah dari tidak tahu jadi tahu harus dilakukan edukasi terus-menerus di kalangan pekerja, baik sebagai individu maupun pekerja suatu perusahaan.
    Mengacu pada hasil survei dana pensiun di kalangan pekerja, industri dana pensiun di Indonesia dihadapkan pada tantangan besar untuk meningkatkan kepesertaan dana pensiun dari seluruh pekerja di Indoneisa, baik sektor formal maupun informal. Oleh karena itu, setidaknya ada 5 (lima) prioritas utama pengembangan pasar dana pensiun yaitu:
1. Edukasi pentingnya dana pensiun secara berkelanjutan
2. Kemudahan akses untuk memiliki dana pensiun, utamanya bagi pekerja sektor informal.
3. Meningkatkan kualitas produk atau layanan dana pensiun yang ada