Entah, aku semakin jatuh cinta pada Aleena. Memandangi puluhan kspresi wajahnya. Menyimak baik-baik suara yang dikeluarkannya. Sungguh menyenangkan. Sudah terbayangkan kelak, aku akan menjadi saksi tumbuh kembang Aleena dari dekat. Memeluk dan merasakan kulit lembutnya. Aku memang ingin merawatnya. Tapi sebaik-baiknya anak, tentu lebih baik dirawat bersama kedua orangtuanya. Seperti dulu aku merawat dan mendidik anak-anakku.
Tidak berselang lama, azan Ashar pun terdenagr. Aku dan anak laki-laki pertamaku Fahmi, ayahnya Aleena bergegas menuju musholla yang hanya beberapa meter dari rumahnya. Seperti sholat berjamaah, sambil melantunkan doa untuk Aleena. Takbir "Allahu Akbar" mengawali ritual doaku. Lalu menyebut asma-Nya. Memuji kebesaran-Nya dan meminta kebaikan baik di dunia dan akhirat untuk anak-anakku dan cucuku Aleena. Aku pun tersungkur dalam doa dan zikir. Helaian sajadah panjang, yang selalu mengingatkan pentingnya sholat dan doa.
Aku, lelaki tua yang kini menjadi kakek Aleena. Selalu bersyukur dan begitu mencintai cucu untuk menyemangati dan menggandengnya hingga masa depan. Aleena yang berpesan kepada seorang kakek. Untuk menggunakan telinga yang benar-benar mendengarkan, lengan yang selalu memegang. Dan cinta yang tidak boleh berakhir. Aleena, cucu yang membuatku tertegun. Untuk selalu bertanya, dari mana dan mau kemana aku? @Love you, Aleena Talia Saqeenarava
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H