Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Beda Kelola Taman Bacaan, Apa Kata Kuncinya?

2 April 2023   21:03 Diperbarui: 2 April 2023   21:35 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang tidak mudah membangun tradisi baca dan budaya literasi di tengah era digital. Bukan soal gampang, mengubah perilaku anak-anak untuk lebih dekat dengan buku bacaan di tengah gempuran gawai. Maka wajar, bila gerakan literasi seakan "berjalan di tempat". Apalagi berkiprah di taman bacaan, tidak semudah membalik telapak tangan. Selalu ada tantangan, selalu berpotensi terpinggirkan. Eksistensinya pun kian terancam.

Siapapun yang berkiprah di taman bacaan. Tidak cukup hanya bermodalkan siakap sabar. Tidak cukup pula hanya berbekal idealisme literasi. Bahkan tekad, komitmen, dan konsistensi pun belum cukup. Harus punya keberanian untuk "tutup kuping" atas prasangka dan ocehan orang lain. Di samping bertindak kreatif dalam segala keadaan. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Artinya, harus ada cara beda di taman bacaan. Jangan mengelola taman bacaan dengan cara biasa-biasa saja. Bila mau tetap bertahan.

Hanya ada 3 sebab taman bacaan sulit untuk bertahan. Yaitu karena 1) buku ada. anak tidak ada, 2) anak ada, buku tidak ada, dan 3) sikap sepenuh hati pengelolanya. Tanpa kepastian akan tiga hal itu, taman bacaan dapat dipastikan sulit bertahan. Jangan mencapai tujuannya, taman bacaan pun sulit bisa eksis bila ketiga hal tersebut terganggu. Taman bacaan yang kepayahan, hingga tergopoh-gopoh untuk tetap hadir di tengah masyarakat. 

Maka siapapun, harus ada cara beda mengelola taman bacaan. Seperti yang dilakukan Taman Bacaan Masyaraat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Hingga di tahun ke-6 ini, TBM Lentera Pustaka tidak pernah merasa lelah untuk selalu berkreasi. Menggagas program baru, berkolaborasi, dan ngobrol secara intensif bersama wali baca dan relawan. Hanya untuk memastikan eksistensi dan kiprah taman bacaan. Untuk selalu menjadikan taman bacaan sebagai tempat yang asyik dan menyenangkan. Maka kini, tidak kurang 130 anak pembaca aktif ada di TBM Lentera Pustaka, dari awalnya hanya 14 anak saja. 

Ada 14 program literasi yang dijalankan TBM Lentera Pustaka, seperti taman bacaan, berantas buta aksara, ramah difabel, kelas prasekolah, koperasi simpan pinjam, literasi digital, literasi finansial, hingga motor baca keliling. Dengan dukungan 5 wali baca dan 12 relawan, kini TBM Lentera Pustaka beroperasi 6 hari dalam seminggu dan melayani tidak kurang dari 200 pengguna layanan setiap minggunya.

Beberapa cara beda yang dilakukan TBM Lentera Pustaka antara lain;

1. Menerapkan "TBM Edutainment" sebagai metode tata kelola taman bacaan yang berbasis edukasi dan entertainment. Taman bacaan sebagai pusat edukasi dan huburan anak-anak sehingga menjadikan membaca buku sebagai aktivitas yang asyik dan menyenangkan.

2. Menerapkan salam literasi, doa literasi, dan senam literasi tiap kali aktivitas membaca dilakukan di taman bacaan yang dibimbing oleh wali baca dan relawan TBM Lentera Pustaka yang hadir.

3. Menggelar event bulanan sebulan sekali dengan mendatangkan "tamu dari luar" sekaligus memberikan "jajanan kampung gratis" untuk anak-anak yang rajin membaca dan orang tua yang mengantar anak-anaknya ke taman bacaan.

4. Berkolaborasi CSR dengan korporasi untuk ikut mendukung aktivitas literasi dan biaya operasional taman bacaan. Pada tahun 2023 ini, TBM Lentera Pustaka didukung CSR korporasi dari 1) Bank Sinarmas, 2) Asosiasi DPLK, dan 3) AAI Indonesia di Perancis.

5. Kreativitas yang tidak boleh berhenti di taman bacaan. Saat ini TBM Lentera Pustaka pun dilengkapi rooftop baca dan kebun baca yang direvitalisasi oleh Bank Sinarmas, di samping selalu berkerasi untuk berkolaborasi dengan BEM Faperta IPB, komunitas-komunitas, menjadi tempat riset dan penelitian literasi mahasiswa, serta menjadi sentra diskusi pegiat literasi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun