Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pegiat Literasi: Mendesak Wujudkan Budaya Literasi Masyarakat Indonesia

22 September 2022   18:20 Diperbarui: 22 September 2022   18:23 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia hari ini dihadapkan pada persoalan literasi. Soal membangun kesadaran belajar dan sikap realistis di masyarakat. Agar tercipta masyarakat yang literat, yaitu masyarakat yang objektif, realistis, dan berwawasan ke-Indonesia-an. Lahirnya perilaku tidak bijak di media sosial, maraknya hoaks dan ujaran kebencian, sentimen berbasis politik menjadi bukti budaya literasi di Indonesia masih sangat minim.

Dalam obrolan "Suara Parlemen" di TV Parlemen, Syarifudin Yunus, Pegiat Literasi dan Pendiri Taman Bacaan Lentera Pustaka Bogor menegaskan pentingnya mewujudkan pentingnya membangun budaya literasi masyarakat. Maka ada 2 faktor penting yang harus diperhatikan, yaitu 1) tersedianya akses bacaan untuk masyarakat yang merata dan 2) ikhtiar membangun minat baca di masyarakat. Oleh karena itu, pemerataan distribusi buku-buku bacaan ke seluruh daerah sangat penting. Agar semua anak bangsa mendapat akses yang sama untuk membaca buku. 

 

Tidak dapat dipungkiri, budaya literasi memang sangat penting. Karena dengan litetasi, masyarakat bukan hanya dapat menambah ilmu pengetahuan. Tapi juga dapat mengasah kemampuan untuk berpikir secara objektif, inovatif, kreatif, inovatif sekaligus krits. Sehingga implikasi akan terbentuk manusia yang berwawasan Indonesia dan berkarakter baik. Hanya literasi yang bisa mengubah tatanan masyarakat menjadi lebih baik. Hari ini, Indonesia sangat butuh masyarakat yang berbudaya literasi. Agar terhindar dari hoaks, ujaran kebencian, dan intoleransi. 

Maka ke depan, agenda budaya literasi di Indonesia sangat bergantung pada beberapa hal, seperti 1) adanya sarana dan prasarana membaca buku di masyarakat, seperti taman bacaan atau perpustakaan, 2) tersedianya bahan bacaan yang berkualitas, 3) adanya dukungan pemerintah, 4) tersedianya dana untuk aktivitas literasi, dan 5) pembiasaan masyarakat dalam kegiatan literasi. Jadi, literasi harus bersifat inklusif, melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Litetasi untuk semua!

Dari mana budaya literasi dapat dimulai?

Tentu menurut Syarifudin Yunus, mewujudkan budaya literasi dapat dimulai dari penguatan 6 Literasi Dasar yang sudah dicanangkan pemerinta, yaitu: 1) Literasi Baca Tulis, 2) Literasi Numerasi, 3) Literasi Sains, 4) Literasi Digital, 5) Literasi Finansial dan 6) Literasi Budaya dan Kewargaan. Dengan penguasaan 6 literasi dasar, dapat dipastikan akan muncul masyarakat yang kompeten dan berkarakter kokoh. 

Sebagai contoh di Taman Bacaan Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor, sebuah daerah yang tadinya tidak punya akses bacaan maka tidak akan ada minat membaca. Tapi kini setelah 5 tahun, tidak kurang 130-an anak pembaca aktif yang berasal dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) telah bergabung di Taman Bacaan Lentera Pustaka untuk membaca buku 3 hari seminggu. Rata-rata 5-8 buku dapat dibaca per anak per Minggu. Maka literasi adalah proses Panjang yang harus dilakukan di masyarakat.

Melalui model "TBM Edutainment", model tata kelola taman bacaan berbasis edukasi dan entertainment yang digagas Syarifudin Yunus, taman bacan dijadikan tempat yang asyik dan menyenangkan. Sehingga aktivitas membaca buku lebih rileks dan menarik. Karena kelemahan terbesar membaca buku selama ini adalah tidak asyik. Di TBM Lentera Pustaka, selalu ada salam literasi, doa literasi, senam literasi, laboratorium baca, event bulanan dan jajanan kampung gratis. Sebagai cara untuk menjadikan taman bacaan lebih menarik, lebih diminati anak-anak dan masyarakat.

Apa yang terjadi dengan budaya literasi di masyarakat? Setelah berdiri 5 tahun lalu, TBM Lentera Pustaka kini mengelola 14 program literasi yang terdiri dari: 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 130 anak, 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 33i bu-ibu anggota koperasi simpan pinjam agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), 12) LIDAB (LIterasi ADAb), 13) MOBAKE (MOtor Baca KEliling) dan 14) Rooftop Baca. Tidak kurang dari 250 orang menjadi penerima layanan literasi TBM Lentera Pustaka setiap minggunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun