Indonesia hari ini dihadapkan pada persoalan literasi. Soal membangun kesadaran belajar dan sikap realistis di masyarakat. Agar tercipta masyarakat yang literat, yaitu masyarakat yang objektif, realistis, dan berwawasan ke-Indonesia-an. Lahirnya perilaku tidak bijak di media sosial, maraknya hoaks dan ujaran kebencian, sentimen berbasis politik menjadi bukti budaya literasi di Indonesia masih sangat minim.
Dalam obrolan "Suara Parlemen" di TV Parlemen, Syarifudin Yunus, Pegiat Literasi dan Pendiri Taman Bacaan Lentera Pustaka Bogor menegaskan pentingnya mewujudkan pentingnya membangun budaya literasi masyarakat. Maka ada 2 faktor penting yang harus diperhatikan, yaitu 1) tersedianya akses bacaan untuk masyarakat yang merata dan 2) ikhtiar membangun minat baca di masyarakat. Oleh karena itu, pemerataan distribusi buku-buku bacaan ke seluruh daerah sangat penting. Agar semua anak bangsa mendapat akses yang sama untuk membaca buku.Â
Â
Tidak dapat dipungkiri, budaya literasi memang sangat penting. Karena dengan litetasi, masyarakat bukan hanya dapat menambah ilmu pengetahuan. Tapi juga dapat mengasah kemampuan untuk berpikir secara objektif, inovatif, kreatif, inovatif sekaligus krits. Sehingga implikasi akan terbentuk manusia yang berwawasan Indonesia dan berkarakter baik. Hanya literasi yang bisa mengubah tatanan masyarakat menjadi lebih baik. Hari ini, Indonesia sangat butuh masyarakat yang berbudaya literasi. Agar terhindar dari hoaks, ujaran kebencian, dan intoleransi.Â
Maka ke depan, agenda budaya literasi di Indonesia sangat bergantung pada beberapa hal, seperti 1) adanya sarana dan prasarana membaca buku di masyarakat, seperti taman bacaan atau perpustakaan, 2) tersedianya bahan bacaan yang berkualitas, 3) adanya dukungan pemerintah, 4) tersedianya dana untuk aktivitas literasi, dan 5) pembiasaan masyarakat dalam kegiatan literasi. Jadi, literasi harus bersifat inklusif, melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Litetasi untuk semua!
Dari mana budaya literasi dapat dimulai?
Tentu menurut Syarifudin Yunus, mewujudkan budaya literasi dapat dimulai dari penguatan 6 Literasi Dasar yang sudah dicanangkan pemerinta, yaitu: 1) Literasi Baca Tulis, 2) Literasi Numerasi, 3) Literasi Sains, 4) Literasi Digital, 5) Literasi Finansial dan 6) Literasi Budaya dan Kewargaan. Dengan penguasaan 6 literasi dasar, dapat dipastikan akan muncul masyarakat yang kompeten dan berkarakter kokoh.Â
Sebagai contoh di Taman Bacaan Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor, sebuah daerah yang tadinya tidak punya akses bacaan maka tidak akan ada minat membaca. Tapi kini setelah 5 tahun, tidak kurang 130-an anak pembaca aktif yang berasal dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) telah bergabung di Taman Bacaan Lentera Pustaka untuk membaca buku 3 hari seminggu. Rata-rata 5-8 buku dapat dibaca per anak per Minggu. Maka literasi adalah proses Panjang yang harus dilakukan di masyarakat.
Melalui model "TBM Edutainment", model tata kelola taman bacaan berbasis edukasi dan entertainment yang digagas Syarifudin Yunus, taman bacan dijadikan tempat yang asyik dan menyenangkan. Sehingga aktivitas membaca buku lebih rileks dan menarik. Karena kelemahan terbesar membaca buku selama ini adalah tidak asyik. Di TBM Lentera Pustaka, selalu ada salam literasi, doa literasi, senam literasi, laboratorium baca, event bulanan dan jajanan kampung gratis. Sebagai cara untuk menjadikan taman bacaan lebih menarik, lebih diminati anak-anak dan masyarakat.
Apa yang terjadi dengan budaya literasi di masyarakat? Setelah berdiri 5 tahun lalu, TBM Lentera Pustaka kini mengelola 14 program literasi yang terdiri dari: 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 130 anak, 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 33i bu-ibu anggota koperasi simpan pinjam agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), 12) LIDAB (LIterasi ADAb), 13) MOBAKE (MOtor Baca KEliling) dan 14) Rooftop Baca. Tidak kurang dari 250 orang menjadi penerima layanan literasi TBM Lentera Pustaka setiap minggunya.
Atas perjuangan dan ikhtiar menegakkan tradisi baca dan budaya literasi di masyarakat, pada thaun 2021 lalu, TBM Lentera Pustaka pun menyabet berbagai penghargaan dan prestasi, di antaranya: 1) Terpilih sebagai Ramadhan Heroes Tonight Shiw NET TV (Mei 2021), 2) Meraih "31 Wonderful People 2021" kategori Pegiat Literasi dan Pendiri Tamann Bacaan dari Guardian Indonesia (24 Sept 2021), 3) Terpilih Sosok Inspiratif Spiritual Journey dari PLN (Okt 2021), 4) Terpilih penyelenggara program "Kampung Literasi 2021" dari Dit. PMPK Kemdikbud RI (14 Nov 2021), dan 5) Terpilih "Jagoan 2021" dari RTV (tayang 29 Des 2021).
Jadi, mewujudkan budaya literasi di Indonesia hari ini bersifat mutlak. Selain untuk menjadikan manusia Indonesia yang literat, budaya literasi juga dapat mengangkat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kompetitif, kompeten, dan  berkarakter unggul. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H