5. Kendala Kurikulum atau Program. Bila mau jujur, banyak TBM hanya sebatas jadi tempat baca. Tanpa kurikulum tanpa program. Maka solusinya, TBM harus membuat kurikulum dan progarm yang sesuai dengan aset anak dan wilayah.Â
Hal ini penting untuk menunjukka TBM tidak dikelola sembarangan. Ada kurikulumnya ada progrnya. Minimal TBM yang berbasis membentuk karakter baik anak.
6. Kendala Relawan. Apapun yang terjadi, TBM harus mampu merekrut relawan. Orang-orang baik yang peduli membantu program TBM. Minimal seminggu sekali, para r lawan datang dan membantu kegiatan di TBM. Inilah kendala klasik di TBM yang harus diatasi. Maklum, TBM adalah jalan sunyi sehingga sedikit orang yang peduli.
7. Kendala Masyarakat. Faktanya, masih banyak masyarakat sekitar TBM yang apatis atau cuek. Sehingga keberadaan TBM dianggap tidak penting dan semu. Maka TBM harus terus mendekati tokoh masyarakat untuk "menjual" dan eksistensi TBM bagi lingkungan. Tanpa pengakuan masyarakat agak sulit TBM berkembang.
Kendala-kendala TBM di atas bukan tanpa alasan. Karena TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor sudah membuktikan dan melewatinya.Â
Kini TBM Lentera Pustaka bukan hanya fokus meningkatkan giat membaca anak-anak kampung yang terancam putus sekolah akibat kemiskinan. Bahkan tingkat pendidikan masyarakat-nya 81% SD. Kini TBM Lentera Pustaka bertekad menjadi pusat peradaban dan pemberdayaan masyarakat.
Sejak berdiri tahun 2017, TBM Lentera Pustaka hanya punya 14 anak dengan 600 buku. Hingga akhir tahun 2020 pun bertambah jadi 60 anak pembaca aktif. Dan kini di Spetember 2021, TBM Lentera Pustaka memiliki lebih dari 16o anak pembaca aktif yang membaca buku seminggu 3 kali dan berasal dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya).Â
Baukan kini, TBM Lentera Pustaka pun menjalankan program lainnya seperti:Â
1) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf,Â
2) KEPRA (Kelas PRAsekolah) yang diikuti 25 anak usia PAUD,Â