Dan hasilnya kini, TBM Lentera Pustaka memiliki lebi dari 16o anak pembaca aktif dari sebelumnya hanya 14 anak saat berdiri tahun 2017 lalu. Anak-anak yang membaca buku seminggu 3 kali dan berasal dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya).Â
Selain itu, TBM Lentera Pustaka pun menjalankan program GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf, KEPRA (Kelas PRAsekolah) yang diikuti 25 anak usia PAUD, YABI (YAtim BInaan) yang menyantuni 16 anak yatim, JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo, dan KOPERASI LENTERA dnegan 25 ibu-ibu sebagai koperasi simpan pinjam untuk mengatasi soal rentenir dan utang berbunga tinggi. Bahkan ada pula TBM Ramah Difabel yang diikuti 3 anak difabel di TBM Lentera Pustaka.Â
Aksi demo atau unjuk rasa, mungkin sah-sah saja bagi siapa pun. Tapi di TBM Lentera Pustaka, demo atau unjuk rasa dlakukan hanya untuk kampanye "Ayo Baca". Alias mengajak anak-anak untuk datang dan membaca di taman bacaan.Â
Karena padaa akhirnya demo atau kampanye yang paling penting seharusnya berujung pada nilai-nilai kebaikan dan "kemanusiaan". Kampanye untuk membangun peradaban rakyat dan memajukan pendidikannya. Dan semua itu, bukan sebatas slogan atau pikiran. Tapi eksekusi dan aksi nyata.
Kampanye Ayo Baca, adalah praktik baik yang ada di taman bacaan. Lembaga pendidikan masyarakat atau nonformal yang bekerja untuk kemanusiaan dan kebaikan orang banyak. Akan entingnya menebar manfaat untuk sesama anak bangsa. Agar anak-anak kampung di kaki Gunung Salak Bogor mau membaca.Â
Sebagai bentuk perlawanan sederhana terhadap putus sekolah dan pernikahan dini. Salam literasi. #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #KampungLiterasiSukaluyu #BacaBukanMaen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H