Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manusia Gila Pengaruh Kian Marak, Sangat Tidak Literat

29 Juli 2021   08:36 Diperbarui: 29 Juli 2021   08:58 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ke depan, manusia gila pengaruh akan kian marak. 

Selaian egois dan individualis, mereka hidup dalam nafsu. Iya nafsu, yang ada di antara naluri dan akal sehat. Saat nafsu bersemayam, maka naluri hilang dan akal sehat pun bersembunyi. Maka ketika naluri dan akal bersinergi. Di situlah manusia tidak akan pernah istirahat dari kecemasan yang dia bangun sendiri. Selalu merasa tidak puas dan ingin berkuasa. Kekuasaan atas nama nafsu. Kekuasaan yang menipu.

Maka wajar. Untuk siapapun. Ketika nafsu berkuasa, maka tiap orang selalu melihat orang lain sebagai ancaman. Jangan ingin bermanfaat bagi orang lain. Tapi orang justru dilihat sebagai musuh.

Ketika gila pengaruh, maka akhirnya "gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan pun tampak". Alias kesalahan orang yang sedikit tampak, tetapi kesalahan sendiri yang besar tidak tampak. Hingga akhirya "bagai balam dengan ketitiran", dia yang tidak bisa apa-apa, tapi yang disalahin orang lain. Akibat terlalu gila pengaruh. Bak "belum berkuku hendak mencubit". Kok bisa ya?

Hidup itu nasehat. Pepatah pun isinya nasehat atau wejangan. Agar siapa pun tetap berhati-hati. Agar tidak usah cemas apalagi khawatir sedikit pun. Atas apa yang dipikirkan atau dikatakan orang lain. Karena mereka, mungkin dalam keadaan tidak mengerjakan apapun. Gelisah atas gila pengaruhnya sendiri.

Maka tetaplah lakukan yang terbaik, kerjakan yang bermanfaat untuk orang lain. Khoirunnass anfa'uhum linnass. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. 

Hari ini, memang tidak cukup punya pikiran bagus. Bila tidak mampu digunakan dengan baik. Salam literasi. #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun