Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memprihatinkan, 61,5% Koleksi Buku Taman Bacaan di Indonesia Tidak Memadai

20 Juli 2021   22:25 Diperbarui: 20 Juli 2021   22:39 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Saat ditanya, apakah jumlah koleksi buku di taman bacaan Anda suda memadai?

Ternyata, 61,5% jumlah koleksi buku taman bacaan di Indonesia belum memadai, sementara 33% mungkin memadai, dan hanya 5,5% saja yang sudah memadai. 

Itu berarti, Sebagian besar koleksi buku yang ada di taman bacaan belum memadai, baik dari jumlah maupun jenis buku bacaan yang dibutuhkan. 

Begitu simpulan Survei Tata Kelola Taman Bacaan yang dilakukan TBM Lentera Pustaka (Juni 2019) yang dijawab oleh pegiat literasi yang ada di 33 lokasi di Indonesia.

Bila mau jujur, survei ini menyiratkan ada tantangan besar gerakan literasi dan kegemaran membaca di Indonesia. Selain dihadapkan jumlah pembaca dan fasilitas taman bacaan yang masih bermasalah, taman bacaan pun "ditantang" oleh persoalan jumlah koleksi buku bacaan yang tersedia. 

Ketersediaan buku bacaan berarti bukan soal sepele di taman bacaan. Karena sejatinya, taman bacaan bisa dikunjungi anak-anak pembaca bila koleksi bukunya memadai. Bila tidak, maka taman bacaan bisa jadi ditinggalkan.

Belum memadai-nya jumlah koleksi buku di taman bacaan. Tentu harus jadi perhatian semua pihak, khususnya para donator buku, korporasi maupun pemerintah daerah di mana pun. 

Eksistensi taman bacaan akan terjga bila koleksi buku yang ada memadai. Karena buku bacaan adalah variabel penting di taman bacaan, di samping menjadi pemantik daya Tarik anak-anak datang ke taman bacaan.

Dengan kata lain, survei ini pun menegaskan sangat salah bila minat baca anak-anak Indonesia rendah. Tapi soalnya adalah ketersediaan buku bacaan yang tidak merata dan akses untuk membaca buku yang memang sulit didapatkan anak-anak Indonesia. 

Koleksi buku yang bisa dijangkau anak-anak tergolong minim. Maka sangat wajar, bilaaktivitas giat membaca dan gerakan literasi kian terpinggirkan. Apalagi di tengah gempuran era digital. 

Ditambah lagi, beragam gim online, gawai, tayangan TV, internet yang kurang mendidik makin menjauhkan anak-anak dari buku bacaan. Inilah "pekerjaan rumah" terpenting gerakan literasi di Indonesia.

"Sebagai pengelola taman bacaan, survei ini saya lakukan untuk mendapatkan potret objektif dari pendiri atau pengelola taman bacaan yang ada di Indonesia. Sekalipun belum representative. Tapi setidaknya bisa jadi pemantik siapapun yang peduli dan berkepentingan terhadap gerakan literasi dan taman bacaan. Inilah subtansi pentingnya kolaborasi yang melibatkan semua pihak di taman bacaan" ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka di Bogor.

Seperti diketahui, Indonesia ditempatkan pada posisi 124 dari 187 negara dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Maka seharusnya, salah satu perhatian difokuskan pada aktivitas giat membaca dan gerakan literasi yang dijalankan taman bacaan. 

Apapun yang dijalankan taman bacaan harusnya didukung oleh semua pihak. Bila perlu harus didengungkan secara nyata, masif, dan berkelanjutan. Tanpa dukunga banyak pihak, maka taman bacaan akan tetap jadi "jalan sunyi" yang kian terpinggirkan.

Di era digital begini, mau tidak mau, membaca buku harus jadi perilaku anak-anak dalam keseharian. Membaca harus jadi kebiasaan, bahkan gaya hidup. "Kalau tidak baca tidak keren", begitu istilahnya. 

Dan jangan sampai, kebiasaan hidup anak-anak kita "dikendalikan" oleh gawai atau televisi. Apalagi masa depan anak-anak hanya ada di dunia maya, sungguh sangat bahaya.

Berangkat dari realitas itu, TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Lentera Pustaka yang berlokasi di Desa Sukaluyu Kaki Gunung Salak Bogor terus berkomitmen menegakkan perilaku membaca di kalangan anak-anak usia sekolah. 

Saat ini, TBM Lentera Pustaka memiliki 168 anak pembaca aktif yang sudah terbiasa membaca 5-10 buku per minggu, dengan koleksi lebih dari 6.000 buku. 

Selain taman bacana, TBM Lentera Pustaka pun menjalankan program-program lain seperti 1) Gerakan BERantas BUta aksaRA (Geberbura) dengan 9 warga belajar, 2) Kelas PRAsekolah (Kepra) dengan 17 anak, 3) YAtim BInaan (Yabi) dengan 16 anak yati, 4) JOMpo BInaan (Jombi) dengan 7 lansia, 5) Koperasi Lentera dengan 16 anggota, 6) RAjin menaBUng (RABU), 7) DONasi BUKu, dan 8) LITerasi DIGital. Saat ini pun, TBM Lentera Pustaka tengah mempersiapkan membuka PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) secara resmi.

Maka ke depan, semua pihak harus peduli kepada taman bacaan. Agar ketersediaan buku di taman bacaan lebih memadai. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi yang lebih baik untuk anak-anak Indonesia. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen #DonasiBuku

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun