Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memprihatinkan, 61,5% Koleksi Buku Taman Bacaan di Indonesia Tidak Memadai

20 Juli 2021   22:25 Diperbarui: 20 Juli 2021   22:39 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

"Sebagai pengelola taman bacaan, survei ini saya lakukan untuk mendapatkan potret objektif dari pendiri atau pengelola taman bacaan yang ada di Indonesia. Sekalipun belum representative. Tapi setidaknya bisa jadi pemantik siapapun yang peduli dan berkepentingan terhadap gerakan literasi dan taman bacaan. Inilah subtansi pentingnya kolaborasi yang melibatkan semua pihak di taman bacaan" ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka di Bogor.

Seperti diketahui, Indonesia ditempatkan pada posisi 124 dari 187 negara dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Maka seharusnya, salah satu perhatian difokuskan pada aktivitas giat membaca dan gerakan literasi yang dijalankan taman bacaan. 

Apapun yang dijalankan taman bacaan harusnya didukung oleh semua pihak. Bila perlu harus didengungkan secara nyata, masif, dan berkelanjutan. Tanpa dukunga banyak pihak, maka taman bacaan akan tetap jadi "jalan sunyi" yang kian terpinggirkan.

Di era digital begini, mau tidak mau, membaca buku harus jadi perilaku anak-anak dalam keseharian. Membaca harus jadi kebiasaan, bahkan gaya hidup. "Kalau tidak baca tidak keren", begitu istilahnya. 

Dan jangan sampai, kebiasaan hidup anak-anak kita "dikendalikan" oleh gawai atau televisi. Apalagi masa depan anak-anak hanya ada di dunia maya, sungguh sangat bahaya.

Berangkat dari realitas itu, TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Lentera Pustaka yang berlokasi di Desa Sukaluyu Kaki Gunung Salak Bogor terus berkomitmen menegakkan perilaku membaca di kalangan anak-anak usia sekolah. 

Saat ini, TBM Lentera Pustaka memiliki 168 anak pembaca aktif yang sudah terbiasa membaca 5-10 buku per minggu, dengan koleksi lebih dari 6.000 buku. 

Selain taman bacana, TBM Lentera Pustaka pun menjalankan program-program lain seperti 1) Gerakan BERantas BUta aksaRA (Geberbura) dengan 9 warga belajar, 2) Kelas PRAsekolah (Kepra) dengan 17 anak, 3) YAtim BInaan (Yabi) dengan 16 anak yati, 4) JOMpo BInaan (Jombi) dengan 7 lansia, 5) Koperasi Lentera dengan 16 anggota, 6) RAjin menaBUng (RABU), 7) DONasi BUKu, dan 8) LITerasi DIGital. Saat ini pun, TBM Lentera Pustaka tengah mempersiapkan membuka PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) secara resmi.

Maka ke depan, semua pihak harus peduli kepada taman bacaan. Agar ketersediaan buku di taman bacaan lebih memadai. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi yang lebih baik untuk anak-anak Indonesia. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen #DonasiBuku

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun