Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rela Perut Kosong demi Anak-anaknya, In Memoriam Ambo Lotang Yunus

15 Juni 2021   04:28 Diperbarui: 15 Juni 2021   04:27 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosok ayah, sering kali jadi figur sentra dalam keluarga. Ayah juga yang jadi panutan anak-anaknya. Siapa pun saat Bersama ayahnya, pasti punya kenangan. Apalagi di masa kecil. Karena ayah selalu jadi orang pertama yang melindungi anak-anaknya. Biasanya ayah, tidak banyak bicara. Tapi setiap tetes keringatnya dan perjuangan keras hidupnya selalu didedikasikan untuk anak-anaknya. 

Siapa pun, sejatinya pasti punya cerita dan kenangan tentang figur ayah. Tentang sosok yang berani bertarung dalam hidup untuk anak-anaknya. Kekuatan cinta seorang ayah. Seperti juga Almarhum Ambo Lotang Yunus bin Koto, ayah saya yang meningga dunia pada Selasa, 8 Juni 2021 lalu. Saya pun menyebutnya "sang prajurit teladan". Ia mengehmbuskan nafas terakhir diusia 76 tahun, dalam keadaan tidur di kursi tamu. Tenang dan tiada merepotkan. Kini, ia dimakamkan satu liang lahat dengan istrinya, almarhumah Ibu Tati Raenawaty binti Raenan di TPU Munjul.

In Memoriam ke-6, almarhum A. Lotang Yunus ini pun saya tuliskan. Seorang pensiunan tantara berpangkat Peltu dan kelahiran Bengo Maros. Figur ayah yang patutu diteladani. Karena dalam dirinya, ada banyak pelajaran yang bisa diambil hikmahnya. Untuk kehidupan anak-anak dan cucu-cucunya ke depan. Agar menjadi manusia yang lebih baik, lebih bertakwa kepada Allah SWT.

Sebagai tantara yang pangkatnya tidak tinggi, Ambo Lotang Yunus boleh disebut sosok ayah yang rela "perutnya lapar" asal anak-anaknya bisa makan. Maka ia "terpaksa" menambah waktu untuk tetap bekerja sepulang jadi tantara. Sebagai tenaga security di perusahaan swasta di daerah Jl. Juanda. Saya masih ingat, bagaimana ia mencarikan makan malam saya saat ikut menemaninya berjaga. Padahal malam itu, bukan hari gajian. Uang di kantong pun hanya seadanya. Ia rela lapar asal anaknya bisa makan. 

 

Cerita sedih lainnya pun terjadi. Saat ia tetap berjaga di rumah Jl. Prapatan dalam keadaan tidak punya uang sama sekali. Hingga ibu saya, menjual beras ke warung dan menyuruh adik perempuan saya untuk mengantar uang hasil jual beras itu ke Bapak Ambo Lotang Yunus. Agar beliau bisa makan. Ini hanya bukti, betapa sang prajurit teladan itu rela perutnya kosong asal anak-anaknya bisa makan. Bukti bahwa sosok ayah pasti akan berbuat apa saja demi anak-anaknya.

Dulu pada masanya. Bapak Ambo Lotang Yunus, rela bertahun-tahun jadi Danru petugas PRJ saat di Monas dan berjaga setiap malam hanya untuk menghidupi keluarganya. Pulang larut malam pukul 01.00 WIB sambil membawakan se-dus donat. Bahkan ia rela menjadi koordinator keamanan kawasan Jl. Salemba Raya. Mengontrol lingkungan setiap malam, berkelililing dan entah apa yang diperolehnya? Sekali lagi, Bapak Ambo Lotang Yunus rela perutnya kosong demi anak-anaknya. 

Cukupkah perjuangannya samai di situ?

Ternyata tidak. Sejak pensiun dari tantara tahun 2021. Cobaan pun datang saat istrinya Tati Raenawaty sakit akibat serangan stroke. Ibu saya lumpuh setelah badan. 

Dan sejak itu, Bapak Ambo Lotang Yunus yang merawatnya walau anak-anaknya ikut membantu silih berganti. Dan patut diacungi jempol, dia pula yang akhirnya merawat sang istri selama 20 tahun hingga menghembuskan nafas terakhir di 1 Juni 2017. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun