Hidup dengan lurus, tentu bukan milik penisunan tentara. Tapi milik dan harus dilakukan semua orang. Lurus untuk tetap menjadi orang baik dan menebar kebaikan. Hidup lurus, boleh dibilang "karakter langka di masa kini".
Bapak, begitu saya memanggilnya. Ia jadi sosok penting bagi saya dan adik-adik. Saat menghembuskan nafas terakhir, air mata terus-menerus bercucuran. Bukan karena tidak ikhlas. Tapi karena "kepergiannya" begitu mudah, sama sekali tidak terduga. Sedang tiduran di kursi tamu lalu meninggal dunia. Semoga Bapak ALY husnul khotimah, duterima alam ibadahnya dan diampuni segala dosa dan salahnya, amiin. ALY hidup dengan lurus, walau bukan ustaz atau kyai. Dia hanya pensiunan tentara dan sosok ayah yang luar biasa.
Â
Selamat jalan Bapak. Kami ikhlas melepas bapak pergi.Â
Dari terurai kaku di ruang tamu rumah, dingajikan, dimandikan, dikafani, dibopong ke masjid dan ke kubur, disholatkan dengan jemaah banyak dan diimami anak sulungnya, hingga dikuburkan di satu liang lahat dengan istrinya, almarhumah Ibunda Tati Raenawaty. Jasad pensiunan tentara yang lurus dan paripurna di akhir hanyatnya. Karena dia selalu bilang, saya ingin mati di rumah ini dan dikubur dekat istri saya ...". Kata-kata itu yang selalu diulang beliau semasa hidup.
Selamat jalan pensiunan tentara yang lurus. Semua itu karena cinta dan kebaikan yang ditebarkan. Hanya hidup lurus yang membimbing kita dengan jalannya menuju surga. Dan itu, saya belajar banyak dari sosok Ambo Lotang Yunus, sang prajurit teladan. Selamat jalan Bapak ... #InMemoriamLotangYunus #AmboLotangYunus #PenisunTentaraLurus #SangPrajuritTeladan #SelamatJalanPakLotang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H