Nah, jadi apa itu literasi?
Sejatinya, literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Dulu, literasi diartikan sebatas kemampuan membaca dan menulis. Tapi kini, literasi sudah mengalami perluasan makna menyangkut "kecakapan hidup" dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Literasi yang merambah pada praktik pendidikan, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi.
Para ahli, seperti Sulzby (1986) menyebut literasi sebagai kemampuan berbahasa dalam berkomunikasi seperti membaca, menyimak, berbicara, dan menulis dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Graff (2006) pun memaknakan literasi sebagai kemampuan untuk menulis dan membaca.
Dalam kamus online Merriam -- Webster, literasi didefinisikan kemampuan atau kualitas melek aksara. Sementara UNESCO menyatakan literasi sebagai keterampilan dalam membaca dan menulis.
Tapi kini yang paling tepat, menurut Education Development Center (EDC), literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya, lebih dari sekadar kemampuan baca tulis.
Maka menurut saya, literasi adalah kesadaran untuk belajar dan memahami realitas untuk mentransformasikan pikiran ke dalam perilaku nyata yang lebih baik.Â
Maka kata kunci literasi, harus ada kesadaran belajar -- memahami realitas yang ada -- transformasi ke dalam perilaku sehari-hari. Hal ini sejalan dengan istilah literasi dalam bahasa latin "literatus", yang berarti orang yang belajar.
Dalam konteks era digital dan revolusi industri 4.0, mau tidak mau, literasi harus bertumpu pada 5 (lima) perilaku yaitu: 1) memahami, 2) melibatkan, 3) menggunakan, 4) menganalisis, dan 5) mentransformasi teks. Jadi dengan tegas, literasi pastinya merujuk pada "kompetensi dan kecakapan" seseorang dalam menyeimbangkan pikiran dan perilaku, mampu adapatsi terhadap perubahan, dan terpenting mampu memecahkan masalah dalam realitas kehidupan sehari-hari. Sangat jelas, literasi lebih dari sekadar kemampuan membaca dan menulis.
Seseorang dapat disebut literat, bila memiliki kompetensi dan kecakapan hidup yang mumpuni. Orang yang berdaya dan memberdayakan atas dasar kesadaran belajar, kemampuan memahami realitas, dan mampu mentransformasikan pikiran ke dalam perilaku sehari-hari. Hidupnya adaptif, kontibusinya positif, dan manfaatnya solutif.
Gerakan literasi adalah spirit abad 21. Itu pula yang jadi sebab lahirnya Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai implementasi PP Mendikbud No. 23/ 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.Â
Maka agar menjadi bangsa yang unggul di tengah arus globalisasi dan revolusi industri 4.0, ada 3 (tiga) fokus dan poros pendidikan nasional Indonesia, yaitu: 1) literasi dasar, 2) kompetensi, dan 3) kualitas karakter.